Kamis, 24 Mei 2012

Manfaat Goji Berry

Manfaat Goji Berry - Belakangan ini berbagai iklan jus buah goji berry ramai menghiasi layar kaca. Mereka mengklaim kalau produk yang mereka buat dari buah goji berry sangat kaya akan anti oksidan. Benarkah?

Banyak masyarakat Indonesia yang belum mengenal buah goji berry. Memang goji berry ini bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Goji berry lebih dikenal dan banyak dibudidayakan di Cina, Jepang, Tibet, Amerika, Thailand, Vietnam, dan India.

Lantas apa saja manfaat goji berry bagi kesehatan?
Buah goji berry mengandung nutrisi yang sangat beragam, antara lain karbohidrat, protein, lemak, serat, energi, mineral, asam amino, serta berbagai macam vitamin dan pigmen fenolat yang berkaitan dengan anti oksidan.

Banyak manfaat kesehatan yang didapat dari buah goji berry, diantaranya dapat menurunkan kolesterol, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menunda proses penuaan dini, menambah vitalitas seksual, mengurangi gangguan sakit kepala, mengatasi insomnia, mengatasi mual saat hamil, membantu menurunkan berat badan, menambah kesuburan, membantu mengatasi asam urat, mengatasi batuk kering, memperkuat penglihatan, serta memperkuat otot, tulang dan gigi.

Untuk memperoleh manfaat dari buah goji berry, anda dapat mengkonsumsi buah goji berry ini dengan cara di jus.
Semoga bermanfaat.

Cara Berhenti Merokok

Tips Kesehatan, Jakarta - Ada sejuta alasan dan manfaat anda harus berhenti merokok. Perlu anda tahu, manfaat dari berhenti merokok bisa langsung dirasakan oleh tubuh. Contohnya, dalam tempo 20 menit seusai merokok, tekanan darah dan denyut nadi anda akan kembali normal.

Setelah tiga hari tidak merokok, maka nikotin tidak terdeteksi lagi dalam darah, indra penciuman kembali normal, dan anda bisa bernapas lebih lega. Dalam waktu 2 sampai 12 minggu setelah benar-benar berhenti merokok, sirkulasi di berbagai bagian tubuh anda akan berangsur membaik.

Setelah itu, tubuh akan terasa lebih fit dan bugar. Berniat berhenti merokok, tapi tak kunjung berhasil, coba cara ini!

1. Mulailah meredam keinginan merokok. Hasrat yang kuat (lamanya 2-3 menit) umumnya timbul beberapa jam setelah anda menghabiskan rokok terakhir. Memang, dorongan itu hanya sebentar, tapi detik-detik itu merupakan kunci untuk bisa berhenti merokok.

Cobalah melakukan suatu kegiatan untuk menghilangkan keinginan tersebut, misalnya menarik napas panjang, berdirilah dan berjalan sebentar, rentangkan tangan, minum segelas air putih atau jus buah.

2. Cabai bisa meredam keinginan merokok. Sebenarnya, tidak ada jenis makanan yang dapat menghentikan kebiasaan merokok begitu saja. Tapi, jika untuk mengalihkan pikiran anda dari merokok, makanan pedas layak dicoba.

3. Bila ingin berhenti merokok, berhentilah total. Jangan mengurangi jumlah batangnya atau mengganti dengan rokok yang lebih ringan nikotinnya (mild). Karena, penggantian itu membuat anda mengisap rokok mild tadi lebih dalam lagi, dan menyerap lebih banyak nikotin ke dalam paru-paru.

4. Jangan memaksakan berhenti merokok di saat liburan, sebab akan membuat hidup anda semakin berat kala memulai lagi ke aktivitas rutin. Sebaiknya, mulailah berhenti merokok di hari kerja.

5. Sebelum mendapat haid, sebaiknya anda jangan berhenti merokok. Soalnya, bila anda sering mengalami kram perut atau moody, keinginan untuk mengisap rokok malah semakin besar.

6. Minta pasangan, teman, dan keluarga anda untuk tidak merokok di sekitar anda. Katakan, itu merupakan salah satu bentuk dukungan mereka agar anda bisa berhenti merokok. [waspada]

Tips Mengurangi Dampak Rokok

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Pria, Wanita, Tua, Muda, Miskin, Kaya, tak luput jadi pecandu rokok. Dari segi kesehatan, tak ada bukti sedikitpun manfaat menghisap tembakau. Namun tak mudah untuk melepas ketergantungan dari kebiasaan buruk ini.

Meski sebagian orang menganggap merokok sebagai suatu kebiasaan yang wajar, tapi pada kenyataannya merokok bukan sekedar kebiasaan, sebab rokok mengandung zat-zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang dapat membuat orang kecanduan dan ingin terus-menerus merokok.

Nikotin sebagai zat alkaloid memiliki banyak dampak negatif, diantaranya meningkatnya tekanan darah dan detak jantung.

Tips Mengurangi Dampak Rokok

gambar pisang Pada beberapa penelitian terakhir menemukan sebuah terapi herbal yang dapat mengurangi efek negatif nikotin, yaitu buah pisang. Dalam buah berkulit kuning ini terkandung zat-zat yang berguna bagi tubuh, diantaranya kalium, potasium, vitamin B6 dan B12.

Kalium dimanfaatkan oleh saraf otonom untuk mengontrol frekuensi denyut jantung, fungsi otak, dan proses fisiologi penting lainnya. Potasium juga terbukti membantu menurunkan tekanan darah. Selain itu, zat ini juga berperan utama dalam fungsi deyut syaraf dan kontraksi otot. Selain keunggulan potasium, vitamin B6 dan B12 dalam pisang juga mempunyai peranan yang sangat besar karena mampu menetralisir efek negatif nikotin dalam tubuh.

Untuk mendapatkan manfaat dari pisang tersebut, kita tak boleh asal mengkonsumsinya. Pilihlah pisang sudah matang, karena lebih muda dicerna, sehingga gula buah pada pisang diubah menjadi glukosa alami secara cepat diabsorsi kedalam peredaran darah.

Konsumsilah beberapa buah pisang secara teratur untuk mengurangi dampak negatif nikotin pada rokok. Semoga bermanfaat.

how to find love when you work all the time


Are you single? Are you caught up with work and can’t find time to go out and meet other singles? Are you looking for singles and ready to mingle? Are you ready to find romance, and take it to the next level?
Singles are everywhere; they’re visible to the 4 corners of every room. The question is, “Can you see them, or, you’re just too busy to even notice them? Maybe it’s about time to ask yourself, “When was the last time you go out on a date?” If you can’t recall when was the last time, then you’re in big trouble which means you’re too focus on working you even forget to find time to make yourself really happy – that is to engage in a romantic relationship.
The answer is, find time to do it. No matter how busy you are with work, find time to give time to yourself, go out and meet singles. You must be asking how and where you should go to start. Well, first of all you need to manage your time accordingly. Set your goals, I’m not advising you to set aside your work. Balance your time, work if it’s time to work and go party if it’s time to have fun. Which means, don’t bring work after office hours, don’t think too much of your unfinished job for that day. Go out with friends after 8 hours of work and go party until midnight without worrying work.
Don’t limit yourself to the 4 corners of your office. Expand your search for romance, the more places you go to, the greater chances of finding romance. You might consider engaging yourself in one or more of the following:
Join A Dating Site. One of the most effective ways of meeting singles for the purpose of romance. The good thing about it is you don’t have to go out outside of your location, just one click of your personal computer and your ready to mingle. It allows you to manage your time accordingly, doesn’t require you to go out to party. Since most of these sites are initially created for single men and women to meet up and eventually to start a relationship, some would even lead these singles to get married, if you’re lucky of course.
Create A Social Media Account. Expand your channels and network of friends. You can still do it while working of course, try to login to your account as often as you can like facebook and twitter. Be more specific with your wants and needs.
hope these will help you find your true love.
cheers and good luck.

why date an older woman

why date an older woman

Studies say that men emotionally mature much slower than women; hence, in an ideal relationship, the man should at least be a few years older. So why date an older woman when this is the case? Certainly, there are interesting biological implications for women who are still single after 40, but from the non-reproductive point of view, how to find love among women who are of certain age can be very rewarding. Here’s why:
  • Older women have their acts together. Generally, women who are still single after 40 exude confidence that they could not have mustered in earlier years. Experience makes a woman intuitively know what she will, and will not, do for love. She is at that age where she is willing to go the extra mile if the relationship calls for it. How to find the girl for you among women past the ideal reproductive age can be a boon if you look for women who possess well-grounded confidence. A woman who knows herself is likely to get insecure.
  • Older women have broader world view and more mature outlook. How to find love often requires maturity than anything else: the ability to take on challenges that inevitably arise in relationships. Women caught in a three-way relationship, for example, are more likely to objectively assess their contribution – rather than heap the blame on the other party – to the downfall of a once thriving partnership. They can be philosophical with disappointments and frustrations, examine their faults, correct their mistakes, and move on. This is usually a better tack than get mired in problems and get stuck in a stagnant relationship. For men who are wondering, “how can I find true love” this pragmatic approach fits well with their practical take on things.
  • Older women are more nurturing. How to find love entails a certain level of sacrifice. Older women know this, and they willingly endure selfless efforts for the benefit of the other person, often to a fault. Finding a soulmate among older women can be a real blessing: they are likely to extend support to their partners for endeavors that make them happy and fulfilled. They understand that for the other person to grow, he should be given enough space without unnecessary intrusion. Women who are single after 40 also tend to look after the physical well-being of people she cares about, perhaps because she does the same thing for her parents, her siblings and her sibling’s family, for lack of her own. It is this kind of well-rounded nurturing that men usually yearn for, and get, from older women
Enjoy the search and good luck! Use these tips to leverage on how to find the girl for you.

TIPS MENGOBATI CACAR AIR

Obat Tradisional Cacar Air - Cacar air merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus varicella-zoster. Penularannya dapat melalui udara, cairan pernafasan, atau kontak langsung dengan kulit penderita cacar. (wikipedia).

Gejala Cacar Air
Cacar air biasanya ditandai dengan timbulnya demam ringan, sakit kepala, pilek, nafsu makan berkurang, dan munculnya bintik merah pada kulit yang berbentuk gelembung dan berisi cairan (ruam). Ruam tersebut umumnya terasa gatal dan nyeri.

Banyak yang beranggapan kalau cacar air hanya akan menyerang satu kali seumur hidup, padahal cacar air dapat menyerang siapa saja, termasuk yang sudah pernah terkena cacar sekalipun, meskipun kemungkinannya kecil.

Perawatan Cacar Air
Untuk merawat penderita cacar air, simak tips berikut:
- Mandi dengan air hangat.
- Taburi bedak anti gatal pada bagian kulit yang terkena cacar.
- Ganti baju lebih sering.
- Jangan menggaruk bagian yang terkena cacar.

Obat Tradisional Cacar Air
Untuk mengobati cacar air, dapat menggunakan resep obat herbal berikut:

Obat Cacar Air (Topikal)
Untuk pemakain luar, gunakan campuran kunyit dengan daun asam jawa secukupnya yang sebelumnya telah dicuci dan dihaluskan. Kemudian oleskan pada bagian kulit yang terkena cacar air.

Obat Cacar (Oral)
Untuk obat minum, dapat menggunakan 2 buah mengkudu matang yang telah di jus. Lalu minum ramuan tersebut sebanyak 2 kali sehari.

Semoga resep obat tradisional cacar air ini bermanfaat bagi anda yang tengah mengalami cacar air.

TIPS MELUPAKAN CINTA PERTAMA

Tips dari gw untuk melupakan cinta pertama ( belum di coba sih, baru hipotesis ) :
1. Kebanyakan orang males nyoba sesuatu yang baru kalau udah pw ama suatu kondisi. Begitu juga dengan pacaran, kalau udah pw ama satu pasangan, rasanya males untuk pindah ke lain hati, biarpun udah putus ! ( kalau udah bosen terus kita putusin berarti udah gak pw )
2. Maka dari itu, coba cari pacar baru. Pacar yang mulai dari sifat, kelakuan, dan lainnya beda banget ama pacar yang lama. Pacaran ama yang lebih tua juga boleh. Kalau masih gak ada perkembangan, coba pacaran ama janda.
3. Kalau masih juga gagal, coba gaya baru. Bukan gaya macem2. Kalau dulu kita pacaran nonton and jalan ke mall, coba sekarang seringin hadir di pengajian, arisan, kegiatan sosial, atau kriminal jika perlu.
4. Coba tantangan baru. Datangin keluarganya, kenalan ama bapaknya, atau ajak kencan keluarga ceweklu sekalian.
5. Kalau masih gagal juga, ulangi langkah 1-4 dengan pacara sesama jenis ( tidak disarankan )
Selamat bereksperiman Tips-Tips Cinta d atas,Good Luck!

TIPS CINTA

Dalam sesebuah perhubungan, tidak salah jika ada perasaan marah atau cemburu kerana ia sudah adat cuma jangan berlebihan.
Emosi marah tidak harus menguasai diri kerana ia hanya akan mendatangkan keretakan dalam hubungan.
Mengikut kajian pakar, hampir 80 peratus keretakan dalam perhubungan berpunca apabila perasaan marah dijadikan perasaan utama. Ini berlaku apabila setiap kali wujud krisis dalam hubungan, setiap pasangan akan mula berfikir untuk memutuskan hubungan dan mencari pengganti yang mungkin lebih memahami perasaan diri yang sebenarnya.
Tip Cinta
Kadangkala masalah kecil diperbesarkan sedangkan masalah itu boleh diselesaikan dengan berbincang antara satu sama lain. Tetapi apabila perasaan marah sudah menguasai diri dan hubungan berakhir, lazimnya ia berlaku dengan alasan tiada jodoh dan sefahaman.
Memang benar jodoh itu di tangan Tuhan tetapi kita berhak berusaha agar jodoh kekal bersama orang tersayang.
Tetapi jangan hanya sebelah pihak saja berusaha. Usaha mesti dilakukan kedua-dua pihak untuk mendapatkan hasil lebih memuaskan.
Satu lagi perasaan yang perlu diatasi adalah cemburu. Tidak salah untuk rasa cemburu tetapi biarlah berpada-pada. Memang benar cemburu tandanya sayang tetapi jangan melampaui batas.
Tidakkah rasa sia-sia hubungan yang dijalin sekian lama terputus begitu saja hanya disebabkan cemburu pada pasangan?
Ramai yang memperkatakan soal cemburu malah pelbagai cara untuk mengekang perasaan cemburu daripada terus menyelubungi hidup.
Terdapat dua langkah yang boleh diambil untuk mengelakkan perasaan cemburu mengawal hidup kita iaitu jujur dan setia.
Memang ada perkara yang tidak memungkinkan kita berterus terang tapi bagi mengelakkan pasangan memikirkan perkara yang bukan-bukan, lebih baik jujur dan berterus terang dengan pasangan bagi mengelakkan perselisihan faham berterusan.
Jika jujur pada pasangan, sudah pasti dia akan menaruh kepercayaan dan mengekalkan perhubungan itu hingga ke akhir hayat.
Kesetiaan juga memainkan peranan penting kerana jika kita sayangkan pasangan, sudah pasti kita juga akan setia padanya.
Jika sayangkan seseorang, sudah pasti kita tahu siapa yang ada di hati. Jadi, apabila sentiasa mengingati pasangan, amat mudah untuk kita mengelakkan diri daripada berlaku curang pada pasangan.
Cinta terasa indah apabila ke mana saja kita pergi, si dia sedia menemani tetapi terasa pahit apabila kita ternampak pasangan berjalan berdua-duaan bersama insan lain.
Apapun, jangan biarkan marah dan cemburu terlalu menguasai diri. Berikut sedikit panduan untuk membantu kita menjauhi rasa marah dan cemburu, sekali gus mengekalkan keindahan hubungan bersama si dia:
* Jangan sesekali memungkiri janji.
* Sentiasa jujur kepada si dia kerana wanita atau lelaki memang benci apabila ditipu.
* Beritahu si dia mengenai sesuatu perkara dengan tepat.
* Jika si dia dalam keadaan bermasalah, sentiasa menggembirakannya.
* Andai anda jujur, si dia akan setia kepada anda.
* Jangan terlalu mengongkong dirinya kerana dia juga inginkan kebebasan.
Sila baca lagi tip cinta di http://koleksicinta.co.cc

Syarat Untuk Bahagia

Untuk bertemu dengan orang yang tepat, kamu harus memainkan peranan yang penting juga. Ini kerana sedikit sebanyak sikap kamu mempengaruhi hubungan yang dijalin. Jadi berikut adalah empat syarat penting yang harus ada dalam diri kamu andai ingin cinta berakhir bahagia….
happiness
1. Cintailah Diri Sendiri Sebelum Kamu Mencintai Orang Lain
Kebanyakan dari kamu apabila bercinta sanggup mengetepikan kemahuan, keinginan serta keperluan diri sendiri demi insan yang bergelar kekasih. Inilah kesilapan paling besar. Andai kamu sendiri tidak belajar menyayangi diri sendiri bagaimana orang lain ingin menyayangi diri kamu. Jadi pastikan kamu sayang diri sendiri terlebih dahulu sebelum kamu ingin menyayangi orang lain.
2. Punya Pendirian Yang Tetap
Seorang yang punya pendirian akan tahu apa yang dia inginkan untuk diri dan tidak akan berubah mengikut cara orang lain biarpun orang yang di sayanginya. Inilah yang terbaik kerana apabila kamu tidak berpendirian, itulah yang menjadi punca hidup mudah dikongkong atau ditentukan oleh orang lain. Ini secara tidak langsung membuka ruang untuk orang mempermainkan hati kamu.
3. Bahagikan Hidup kamu Dengan Hal-hal Yang Lain
Paling sering berlaku, apabila kamu telah menyayangi seseorang sepenuh hidup kamu akan di habiskan untuk si dia sahaja. Segala hobi dan aktiviti kamu turut dihentikan demi untuk memberi perhatian pada si dia. Namun jangan lupa hidup ini bila kita hanya bergantung pada seseorang dan satu hal sahaja iaitu cinta, inilah punca utama yang boleh membuat kamu kecewa teramat sangat apabila hubungan yang dibina terputus di tengah jalan. Jadi belajarlah membahagikan hidup kamu dengan cinta, kerjaya, keluarga, hobi dan sebagainya. Percayalah kamu akan rasa hidup akan lebih lengkap dan bahagia bila bijak membahagikan segala-galanya dengan baik dan teratur.
4. Berkorban Biarlah Berpada-Pada
Ada yang sanggup bersusah payah dan menyakiti hati sendiri demi melihat orang yang disayangi bahagia. Tidak salah untuk berkorban namun berpada-padalah. Jangan terlalu meletakkan diri kamu serendah-rendahnya hingga sanggup biarkan diri sendiri merana semata-mata mahu menggembirakan orang lain. Hidup ini dalam hal apa pun perlu seimbang. Sekiranya si dia ingin gembira maka kamu juga ada hak untuk rasa sebegitu rupa.

bergumul mencari pasangan hidup

BERGUMUL MENCARI PASANGAN HIDUP

oleh: Denny Teguh Sutandio



“Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?”
(2Kor. 6:14)



Dunia anak muda adalah dunia yang penuh warna, mulai dari bergaul, kuliah, bekerja, hang-out, bahkan sampai memilih pasangan hidup. Khusus mengenai pasangan hidup, banyak anak muda zaman sekarang (tidak terkecuali banyak yang “Kristen”) seenaknya sendiri memilih pasangannya dengan alasan “cocok” (meskipun hal ini tidak salah 100%), dll. Mencari dan menemukan pasangan hidup TIDAKlah mudah, yang harus dilakukan oleh generasi muda Kristen adalah bergumul mencari pasangan hidup. Mengapa untuk mencari pasangan hidup harus bergumul? Apa definisi bergumul? Siapakah pasangan hidup yang Tuhan inginkan bagi anak-anak-Nya? Bagaimana mencarinya? Sebelum membahas bergumul mencari pasangan hidup, kita akan mencoba mengerti dua kata: bergumul dan pasangan hidup, setelah itu kita akan menggabungkan keduanya.


BERGUMUL
BERGUMUL adalah sebuah kata agung yang diajarkan Alkitab dan Kekristenan, namun sayangnya, hari-hari ini kata yang begitu agung ini dipakai secara tidak bertanggungjawab oleh beberapa orang Kristen untuk dipakai pada sesuatu yang “sampah”. Ambil contoh, seorang anak aktivis sebuah gereja di Surabaya menggunakan istilah bergumul untuk mencari pasangan hidup yang tidak seiman dan bahkan telah membina hubungan dengan lawan jenis yang tidak seiman, namun dikabarkan dia sedang mengalami masalah dan kembali orang ini menggunakan kata “bergumul”. Apa sebenarnya arti bergumul? Bergumul sebenarnya adalah sebuah kata yang dipakai hanya oleh umat pilihan-Nya di dalam berjuang menggenapkan kehendak Allah. Dengan kata lain, di dalam bergumul, ada tarik-menarik yang kuat antara kehendak Allah dan kehendak pribadi yang berdosa, namun hasrat umat-Nya ini jelas yaitu ingin taat pada kehendak Allah. Rasul Paulus mengungkapkan hal ini sebanyak 2 kali di dalam Roma 7: “Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.” (ay. 15) dan “Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku.” (ay. 19-20) Perhatikan apa yang Paulus katakan di dalam 2 ayat ini. Paulus sadar bahwa yang dia kehendaki itu adalah sesuatu yang jahat yang dia benci. Berarti, di dalam diri Paulus, dia berhasrat menyenangkan Allah, namun dosa tetap merongrong hidup dan pelayanannya. Hal ini diungkapkannya pada 5 ayat terakhir di Roma 7, “Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.” (ay. 22-26)

Namun, kata “bergumul” yang kerap kali didengungkan oleh beberapa orang “Kristen” berarti TIDAK ada hasrat untuk menyenangkan Allah dan taat akan firman-Nya. Kembali ke contoh, anak aktivis gereja ini jelas mengetahui bahwa lawan jenis yang dipilihnya (dan yang sekarang telah menjadi pacarnya) adalah orang yang berbeda iman, namun mengapa ia masih memilih lawan jenis yang tidak seiman untuk menjadi pasangan hidupnya? Ia tahu yang dilakukannya itu salah (karena gembala sidangnya telah mengingatkannya secara implisit pada waktu khotbah mimbar), namun yang ia tahu tidak pernah diaplikasikannya (tahu secara kognitif). Dengan kata lain, kata “bergumul” yang ia pakai untuk memilih lawan jenis yang tidak seiman JELAS bukan bergumul yang Allah inginkan. Sebenarnya ia bukan lagi bergumul, karena jelas-jelas ia tidak taat akan firman, sehingga istilah yang tepat untuk menggantikan kata “bergumul” yaitu bernafsu. Saya memperingatkan kepada Anda, khususnya banyak generasi muda Kristen hari-hari ini BERHENTILAH memakai kata-kata yang agung dari Alkitab untuk hal-hal “sampah” yang justru mendukakan hati-Nya.


PASANGAN HIDUP
Apakah dan siapakah pasangan hidup itu? Saya mendefinisikan pasangan hidup (soulmate) adalah seorang lawan jenis yang Tuhan ciptakan dan pimpin untuk melengkapi hidup kita sampai maut memisahkan kita dan orang tersebut. So, dari definisi ini, kita akan belajar 4 prinsip tentang pasangan hidup:
Pertama, pasangan hidup adalah lawan jenis kita. Zaman sekarang adalah zaman postmodern di mana banyak manusia postmodern dengan ide postmodernisme ingin berpikir dan bertindak semau gue yang memenuhi hawa nafsu mereka. Tidak heran, di zaman ini, bukanlah hal baru jika seorang cowok suka dengan cowok (homoseksual) dan cewek suka dengan cewek (lesbian), kemudian mereka menikah bersama. Homoseksual dan lesbian sebenarnya bukan hal baru di zaman postmodern, di zaman Alkitab, Paulus telah mengungkapkan hal ini (Rm. 1:27). Alkitab mengajar kita bahwa pasangan hidup kita haruslah lawan jenis, artinya: cowok dengan cewek, tidak ada alternatif lain! Tuhan mengutuk pernikahan sesama jenis atau pernikahan cowok dengan banci/waria (lady-boy/she-male/transsexual)!

Kedua, pasangan hidup kita diciptakan dan dipimpin Tuhan. Pasangan hidup sejati bagi umat pilihan-Nya diciptakan dan dipimpin langsung dari Tuhan. Berarti, bagi umat pilihan-Nya, pasangan hidup berasal dari Tuhan. Apa artinya? Pertama, pasangan hidup itu diciptakan Tuhan sebagai pribadi yang unik, sehingga satu orang TIDAK mungkin sama dengan orang lain. Inilah yang Tuhan inginkan di dalam pernikahan, laki-laki dan perempuan bersatu dengan keunikan masing-masing. Yang lebih unik, setelah Tuhan mencipta Hawa dan Adam menyadari siapa Hawa, maka Tuhan berfirman, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” (Kej. 2:24) Kedua, setelah pasangan hidup kita diciptakan Tuhan, Ia jugalah yang akan memimpin kita mencari pasangan hidup yang telah Tuhan ciptakan itu. Dari poin ini, saya menyimpulkan bahwa sebenarnya pasangan hidup kita ada di dalam tangan-Nya yang berdaulat dan kita sebagai anak-Nya dipimpin-Nya mencari dan menemukan pasangan hidup tersebut. Di sini, saya menggabungkan dua prinsip tentang siapa pasangan hidup kita: ditetapkan Tuhan dan dipimpin Tuhan. Tuhan tentu mengetahui siapa pasangan hidup kita yang cocok dengan kita, karena Ia yang menciptakan kita dan pasangan hidup kita, maka tentu Ia yang mengetahui detailnya. Namun hal ini TIDAK berarti karena Ia telah mengetahui siapa pasangan hidup kita, kemudian kita tidak bergumul mencari pasangan hidup kita atau kita hanya menunggu Tuhan langsung memberikan pasangan hidup kita tepat di depan mata kita. Tuhan yang mengetahui siapa pasangan hidup kita adalah Tuhan yang memimpin umat-Nya untuk mencari pasangan hidup tersebut. Ketiga, pasangan hidup kita harus sesuai dengan apa yang Tuhan mau: SEIMAN! Setelah dicipta dan dipimpin Tuhan, maka poin terakhir yang harus kita pelajari yaitu pasangan hidup kita haruslah sesuai dengan apa yang Tuhan mau di dalam Alkitab yaitu SEIMAN. Artinya, karena Ia yang mencipta, mengetahui, dan memimpin kita mencari pasangan hidup kita, maka Tuhan menginginkan kita taat mutlak untuk mencari pasangan hidup yang Ia mau yang hidupnya berpusat pada Kristus. Adalah suatu kekonyolan bahwa jika kita mengetahui dari khotbah mimbar seorang hamba Tuhan bahwa pasangan hidup kita dicipta dan dipimpin Tuhan, namun yang kita ketahui itu hanya sekadar mengisi otak (kognitif), namun di dalam aplikasinya, kita masih memakai hawa nafsu kita untuk mencari pasangan hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan yaitu tidak seiman (dengan alasan “cocok”)! Kembali, apa arti seiman di dalam mencari pasangan hidup? SEIMAN apakah berarti seagama atau bahkan segereja? TIDAK! Seiman berarti sama-sama beriman pada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Seagama dan bahkan segereja TIDAK menjamin SEIMAN, karena ada banyak orang “Kristen” yang pergi ke gereja hanya sebagai rutinitas, namun imannya masih pada diri sendiri. Kalau kita kembali ke contoh anak aktivis ini, anak aktivis ini adalah seorang yang aktif pergi ke gereja setiap hari Minggu dan katanya “terbeban” melayani Tuhan, namun sayangnya prinsipnya dalam mencari pasangan hidup jelas-jelas bertentangan dengan firman Tuhan. Inikah namanya beriman pada Kristus? Atau sebenarnya beriman pada diri (baca: nafsu diri), namun kedoknya ini ditutupi dengan berpura-pura “melayani Tuhan”? Saya terus terang “takut” dengan model banyak orang “Kristen” zaman ini yang gembar-gembor “melayani Tuhan”, namun iman, konsep, dan prinsip hidupnya bertentangan dengan Alkitab! Hal ini tidak berarti ketika iman, konsep, dan prinsip hidup kita sesuai dengan Alkitab kemudian kita tidak mau melayani Tuhan. Itu juga salah. Yang benar adalah ketika iman, konsep, dan prinsip hidup kita sesuai dengan Alkitab, maka kita makin berapi-api melayani Tuhan secara bertanggungjawab!

Ketiga, saling melengkapi. Pasangan hidup kita selain lawan jenis dan berasal dari Tuhan, maka ia harus seorang yang bisa melengkapi kita dan kita melengkapi lawan jenis/pasangan hidup kita. Melengkapi di sini berarti: saling menegur, mengerti, dan juga memberi. Di sini harus ada hubungan timbal balik. Agar hubungan timbal balik ini bisa terjadi, maka syarat penting seorang pasangan hidup kita kelak adalah seorang yang rendah hati dan dapat diajar (teachable). Orang yang rendah hati dan dapat diajar ditandai dengan kerelaan orang ini untuk ditegur jika ia bersalah atau bahkan berdosa. Rendah hati yang ditandai dengan rela ditegur, bagi saya, merupakan salah satu ciri kedewasaan Kristen yang Alkitabiah. Jika kita aplikasikan di dalam hubungan lawan jenis. Maka, jika si cowok mendapati si cewek berbuat salah, maka si cowok dengan kasih namun tegas menegur si cewek, demikian juga sebaliknya jika si cewek mendapati si cowok ngawur, si cewek harus dengan kasih dan tegas menegur si cowok. Jika masing-masing individu baik cowok maupun cewek rela ditegur, maka mungkin sekali Tuhan menetapkan mereka untuk bersatu kelak di dalam pernikahan kudus. Terus terang, makin lama saya makin memperhatikan banyak orang postmodern (tidak terkecuali orang “Kristen”) adalah orang-orang yang keras kepala, sok tahu, dan tidak mau diajar. Ada orang “Kristen” bahkan hamba Tuhan kalau berkhotbah/mengajar salah atau bertindak salah, orang ini TIDAK mau ditegur dengan alasan “rohani” yaitu kita harus altruistik (memberi bagi orang lain). Orang-orang model ini hanya mau melengkapi pasangan hidupnya, namun pasangan hidupnya TIDAK mau melengkapi dirinya, karena falsafah hidupnya adalah dia hanya mau berbagi/memberi dengan/bagi orang lain (altruistik). Orang yang terus menekankan altruistik (saya setuju bahwa orang Kristen harus altruis, namun TIDAK berarti kita semata-mata hanya altruis) biasanya adalah seorang yang egois, karena orang itu hanya mau memberi, tanpa mau “menerima” (ditegur).

Keempat, pasangan hidup kita harus dijaga sampai maut memisahkan kita. Terakhir, pasangan hidup yang Tuhan mau bagi kita haruslah kita jaga dengan setia sampai pernikahan bahkan sampai maut memisahkan kita. Di sini, kesetiaan sangat dibutuhkan di dalam mempertahankan pasangan hidup. Ada orang bilang bahwa mencari lebih mudah daripada mempertahankan. Mungkin hal ini benar, karena biasanya setelah kita mencari sesuatu atau seorang pasangan hidup dengan sulit, lalu kita biasanya kurang bisa mempertahankannya, sehingga sesuatu atau pasangan hidup kita “digondol” oleh orang lain. Kembali, bagaimana kita bisa setia? Kita bisa setia terhadap pasangan hidup kita dengan berserah total kepada Allah yang telah mencipta dan menentukan pasangan hidup kita ini. Allah adalah Allah yang setia dan sangat mengerti setiap detail hidup kita bahkan pasangan hidup kita, maka kita harus menyerahkan kesetiaan kita (yang telah dipolusi oleh dosa) kepada Allah yang selalu setia.


BERGUMUL MENCARI PASANGAN HIDUP
Setelah memahami kata bergumul dan pasangan hidup, maka sekarang kita akan masuk ke dalam pembahasan bagaimana bergumul mencari pasangan hidup. Saya menulis poin ini BUKAN karena saya telah berhasil mencarinya, namun ini juga pergumulan pribadi saya yang sedang saya jalani. Ada beberapa langkah gimana kita bergumul mencari pasangan hidup:
Pertama, belajar dari Alkitab tentang prinsip mencari pasangan hidup. Orang Kristen adalah mereka yang mengikut Kristus atau istilahnya, “Kristus-kristus kecil”. Di dalam mengikut Kristus, orang Kristen tentunya harus menaati apa yang Ia firmankan dan ajarkan, tentunya semua firman dan pengajaran-Nya ada di dalam Alkitab. Orang Kristen baru layak/pantas disebut orang Kristen jika imannya berpusat kepada Kristus ditambah taat mutlak kepada Alkitab, khususnya berkenaan dengan mencari pasangan hidup. Apa yang Alkitab ajarkan tentang mencari pasangan hidup? Di dalam 2 Korintus 6:14, Tuhan melalui Rasul Paulus mengajar kita, “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” Memang secara konteks, kata “pasangan” di dalam ayat ini jelas menunjuk kepada pasangan/rekan dalam pelayanan (baca seluruh pasal 6 dari ayat 1-13). Kata “pasangan” di sini di dalam teks Yunaninya heterozugeo yang bisa diterjemahkan bersatu dengan yang tidak sama atau berbeda. Kalimat, “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang” di dalam struktur bahasa Yunaninya menggunakan bentuk aktif. Dengan kata lain, Paulus hendak mengajar kita agar kita jangan berusaha bersatu dengan orang-orang yang tidak seimbang. Namun jika diaplikasikan, kata “pasangan” ini juga bisa menunjuk kepada pasangan hidup. Jelas-jelas, ayat ini mengajar kita bahwa hendaklah kita mencari pasangan (hidup) yang seiman, karena jika tidak seiman/seimbang, maka itu seperti kebenaran (Yunani: dikaiosunē; Inggris: righteousness) dan kedurhakaan (Yunani: anomia bisa diterjemahkan sebagai kondisi tanpa hukum atau penyimpangan hukum) bersatu atau terang dan gelap yang bersatu. Mungkinkah kebenaran-keadilan dan kedurhakaan bersatu? Mungkinkah terang dan gelap bersatu? Pertanyaan ini termasuk pertanyaan retoris yang tentu dijawab: TIDAK. Dengan kata lain, pasangan hidup kita harus sama-sama berada di dalam terang Allah dan juga melakukan kebenaran-keadilan (righteousness). Itulah sebenarnya makna seiman.

Kedua, taat mutlak kepada Alkitab. Setelah belajar dari Alkitab bahwa kita harus mencari pasangan hidup yang seiman (dan tentunya lawan jenis), maka kita harus mengambil langkah aktif yaitu taat mutlak kepada Alkitab! Sayang sekali, banyak anak muda “Kristen” yang tahu bahwa Alkitab memerintahkan orang Kristen untuk mencari pasangan hidup yang seiman, namun pengetahuan itu hanya sekadar pengetahuan kognitif yang tidak pernah mau diaplikasikan. Tidak heran, saya mengamati seorang pemudi Kristen dari gereja Protestan arus utama di Surabaya berpacaran dengan seorang Buddha. Seorang pemuda Kristen mendekati seorang cewek yang beragama Taoisme, meskipun si pemuda ini membawa cewek yang didekatinya ini ke gereja (sisi positifnya). Kembali, bagaimana caranya kita taat mutlak kepada Alkitab?
1. Tanyakan Iman Lawan Jenis Kita
Ketika kita berkenalan dengan lawan jenis atau kita dikenalkan teman kita kepada lawan jenis, pertama-tama tanyalah imannya. Jika lawan jenis kita BUKAN seorang Kristen, saran saya, segera tinggalkan dia, meskipun dia secantik bidadari kayangan, hehehe… Karena jika di titik pertama, kita sudah mengompromikan prinsip mutlak ini, saya berani menjamin, hubungan Anda sampai ke tingkat pacaran dan pernikahan akan kacau balau, karena tidak dibangun di atas dasar pijak yang sama, yaitu Alkitab. Lebih lagi, menurut Pdt. Sutjipto Subeno, pacaran kita pun nanti tidak akan menjadi pacaran yang indah, karena berada di dalam dasar pijak yang berbeda. Namun ada pemuda “Kristen” yang tidak mempermasalahkan pacar beda agama lalu berkelit, “Nanti kan bisa diinjili?” Sepintas, pernyataan ini “benar”, namun saya menangkap motivasi yang tidak beres. Orang yang mengatakan, “nanti kan bisa diinjili”, motivasinya: Pertama, ia mau mengompromikan imannya demi menjalin hubungan dengan lawan jenis yang berbeda iman. Dia pikir, orang yang berbeda iman bisa dengan mudahnya diinjili dan bisa bertobat sungguh-sungguh. Kenyataan berkata lain. Orang yang berbeda iman setelah menikah mungkin “bertobat”, namun sayang “pertobatan”nya biasanya tidak sungguh-sungguh alias hidupnya masih berpusat pada diri. Atau kemungkinan kedua, Pdt. Dr. Stephen Tong di dalam Seminar Pembinaan Iman Kristen (SPIK) 2010: Rahasia Kemenangan dalam Cinta dan Seks Menuju Pernikahan bercerita bahwa mungkin sekali si cewek/lawan jenis ini akan mengiyakan bahwa dia akan menjadi Kristen nanti setelah menikah, namun si cewek ini kemudian memutuskan bahwa dia akan ikut si cowok ke gereja pada hari Minggu dan kemudian menuntut si cowok untuk ikut dia ke klenteng/vihara pada minggu depannya. Kalau kejadiannya sudah seperti gini, apa yang si cowok lakukan hayo???
Kedua, orang yang bilang seperti ini biasanya orang yang TIDAK menjalankan apa yang dikatakannya, dengan kata lain dia hanya mengatakan hal ini secara lip service (bahasa Jawa: mbasahi lambe). Coba cek, apakah orang yang berkata bahwa dia akan menginjili lawan jenisnya adalah orang yang benar-benar menginjili, atau dia akan beralasan bahwa dia tidak tahu bagaimana cara menginjili atau bahkan dia malas menginjili.
Selain, bertanya tentang apakah dia seorang Kristen atau tidak, bertanyalah, lawan jenis kita dari gereja mana? Apakah dia dari gereja yang mengajar bahwa ikut Kristus pasti kaya, sukses, berkelimpahan, sehat, dan bahkan tidak pernah digigit nyamuk? Jika dia dari gereja model demikian, saya menyarankan untuk meninggalkan lawan jenis kita ini, karena jika di gereja dia diajarkan (lebih tepatnya: diindoktrinasi) ajaran ngaco seperti ini, dijamin, dia tidak akan bisa diajar untuk menderita. Oh, kalau begitu, apakah berarti orang yang dari gereja Injili/Reformed yang beres menandakan orang itu akan mampu menderita? Belum tentu. Itu semua kembali kepada masing-masing individu. Kita harus menyelami jenis iman seperti apa yang dimiliki lawan jenis kita?

2. Berusaha Menggali Tingkat Kerohanian Lawan Jenis Kita
Setelah seiman, Ev. Yakub Tri Handoko, Th.M. di dalam salah satu khotbah mimbar pernah mengajar bahwa kita harus mencari pasangan hidup yang rohani. Artinya, sampai di mana lawan jenis kita mementingkan hal-hal rohani lebih daripada segalanya. Misalnya, ketika memutuskan segala sesuatu, apakah yang diputuskannya itu dipergumulkannya di hadapan Tuhan atau dia langsung memutuskan sendiri seolah-olah tidak ada Tuhan? Bagaimana dengan kesehariannya, apakah lawan jenis kita seorang yang menikmati hadirat Tuhan setiap hari melalui doa dan saat teduh? Ataukah dia seorang yang hanya aktif pergi ke gereja dan membuka Alkitab di gereja saja, sedangkan Senin s/d Sabtu, dia membuka buku pengembangan diri yang melawan Alkitab?

3. Berkomunikasilah Sebanyak Mungkin Untuk Mengetahui Prinsip dan Gaya Hidup Lawan Jenis Kita
Terakhir, setelah seiman dan rohani, kita perlu mengetahui prinsip dan gaya hidup lawan jenis kita. Prinsip dan gaya hidup berkaitan dengan aplikasi praktis iman Kristen di dalam kehidupan sehari-hari seseorang. Apakah orang yang telah ditebus Kristus masih memiliki gaya hidup hedonis yang bersenang-senang demi kepuasaan sesaat? Apakah lawan jenis kita termasuk orang yang doyan belanja seminggu sekali di mall? Apakah dia seorang yang matre yang mengukur segala sesuatu dari uang, kekayaan, dll? Bagaimana dengan prinsip hidupnya? Apakah berpusat pada Tuhan atau berpusat pada orangtua atau mungkin pada diri? Semua itu bisa kita lakukan melalui banyak berkomunikasi dengan lawan jenis kita.

Ketiga, menetapkan standar tertentu yang dinamis/tidak kaku. Setelah seiman dan rohani, kita perlu menetapkan standar tertentu bagi lawan jenis kita, namun standar ini tidak boleh terlalu kaku. Artinya, standar kita harus dibedakan antara primer/mutlak dengan sekunder apalagi tersier. Standar mutlak haruslah tetap mutlak dan jangan direlatifkan (mengutip perkataan Pdt. Dr. Stephen Tong), sedangkan standar relatif haruslah tetap relatif, jangan dimutlakkan. Standar mutlak sudah saya paparkan di atas yaitu seiman dan rohani. Apa saja yang termasuk standar relatif? Saya akan mengurutkan dari hal yang paling penting sampai kepada hal yang paling tidak penting.
1. Karakter dan Sikap
Setelah iman dan prinsip hidup, hal penting yang harus dilihat dari lawan jenis kita adalah karakter. Apa definisi karakter? Baik Rev. Bill Hybels, D.D. maupun Rev. Joshua Eugene Harris (yang mengutip Rev. Dr. Randy Alcorn) sama-sama mendefinisikan karakter sebagai sesuatu yang ada di dalam diri kita tatkala tidak ada seorang pun yang melihat kita. Berarti, karakter berbicara tentang sifat kita yang termurni (tanpa topeng). Bagi Rev. Joshua E. Harris di dalam bukunya I Kissed Dating Goodbye, karakter seseorang dinilai dari hubungan dia dengan Tuhan, memperlakukan orang lain, dan mendisiplin diri sendiri. Hubungan seseorang dengan Tuhan baik mengakibatkan dia dengan orang lain dan diri sendiri juga baik, karena orang tersebut mendasarkan dan memusatkan hidupnya bagi Tuhan, sehingga ia mampu menempatkan orang lain dan diri sendiri dengan tepat dan benar serta berada di bawah Allah.
Selain karakter, sikap juga perlu diperhatikan. Cowok dan cewek adalah dua pribadi manusia yang Tuhan ciptakan unik dan berbeda. Pdt. Sutjipto Subeno pernah berujar bahwa cowok minta dihargai, sedangkan cewek minta diperhatikan dan disayangi. Sudah biasa jika cowok yang mencintai cewek, maka cowok itu akan memperhatikan dan menyayangi cewek, namun bagaimana dengan cewek? Saya menjumpai banyak cewek mau menangnya sendiri, minta diperhatikan, dimanja, dll, tetapi begitu si cowok tidak memenuhi keinginannya, si cowok ditendang dan dihina, padahal penghinaan itu sangat tidak disukai oleh si cowok! Kalau ada cewek yang tidak menghargai si cowok, di dalam masa PDKT (pendekatan), hendaklah si cowok harus memikirkan dua kali (atau kalau mungkin, langsung menjauhi/membatalkan rencana PDKT itu) untuk menjadikan si cewek itu pacar bahkan istrinya, karena saya menilai cewek yang tidak menghargai cowok (meskipun si cowok sudah banyak berkorban) adalah cewek yang hanya mau memanfaatkan si cowok. Sudah bukan lagi sesuatu yang mengagetkan, jika banyak cewek postmodern ahli dalam memanfaatkan cowok demi kepentingannya sendiri. Cowok dijadikan sopir, ATM berjalan, bodyguard dadakan, dll, tetapi kalau si cowok sudah tidak kaya lagi, maka si cowok ditendang dan dibuang seperti sampah.

2. Pengaruh Pendidikan Keluarga
Selain karakter, kita tetap harus mempertimbangkan pengaruh pendidikan keluarga pada diri seorang lawan jenis. Mengapa? Karena mau tidak mau, sedikitnya lawan jenis kita pasti telah diindoktrinasi oleh pendidikan keluarga yang mungkin saja berbeda dari kita. Ada anak yang dari kecil sudah diindoktrinasi bahwa pilihan dan perkataan orangtua adalah yang paling benar (ketidakbersalahan orangtua/infallibility and inerrancy of the parent), sehingga setiap keputusan bahkan keputusan terkecil (misalnya ganti nomer HP) harus disetujui orangtua. Ini bukan teori, saya sudah menemukan faktanya. Untuk memilih pasangan hidup pun, ada anak yang sangat takut, sehingga jika orangtua “menyarankan” anaknya untuk tidak berhubungan dengan lawan jenis tertentu dengan alasan fenomenal yang konyol, yaitu kulitnya agak hitam, maka si anak akan manut tanpa kompromi, padahal semestinya si anak bisa berdiskusi logis. Yang paling parah, jika lawan jenis seperti ini yang kita dekati dan nanti kita pacaran dan menikah dengannya, bersiap-siaplah, Anda sebagai cowok tidak akan dihargai sebagai pacar atau suami kelak, karena segala sesuatu tergantung pada keputusan orangtuanya. Kalau Anda rela diperlakukan seperti itu (tidak dihargai), ya, silahkan saja, tetapi sebagai cowok normal sich, saya ogah deh, maleseeeee. Namun ada juga anak yang diindoktrinasi seperti demikian, namun setelah bertumbuh dewasa, dia akan menghargai cowoknya sebagai pacar dan kelak suaminya. Nah, kalau kasusnya seperti itu, ya, kita bisa mempertimbangkan apakah kita mau menjadikannya pacar dan kelak istri kita. Semua tergantung pada pribadi masing-masing, apakah lawan jenis kita termasuk lawan jenis yang childish yang semua hal tergantung pada keputusan orangtua (bahkan pergi jalan-jalan dengan siapa pun harus disetujui orangtua) ataukah lawan jenis kita cukup dewasa.

3. Suku Bangsa/Ras
Selain karakter, suku bangsa atau ras tetap perlu diperhatikan. Meskipun hal ini bukan hal mutlak, tetapi hal ini tetap perlu dipertimbangkan. Jika seorang keturunan Tionghoa berpacaran atau menikah dengan seorang keturunan Jawa atau Batak, bagaimana dua orang yang berasal dari ras yang berbeda bisa bersatu? Setiap tradisi kebudayaan memiliki keunikan masing-masing. Orang dari budaya Tionghoa terkenal rajin dan hemat (meskipun juga tidak sedikit yang pelit, hehehe), sedangkan orang dari budaya Jawa terkenal dengan ramah tamahnya (dan tentunya: kemalasan dan keborosannya, hehehe) dan orang dari budaya Batak terkenal dengan gaya bicaranya yang keras. Jika orang dari budaya Tionghoa yang rajin dan hemat menikah dengan orang dari budaya Jawa yang malesnya amit-amit (filosofi hidupnya: alon-alon asal kelakon/pelan-pelan asal terlaksana) dan boros pula, apa jadinya keluarga yang dibinanya? Mungkin saja, ada orang dari budaya Jawa yang rajin dan hemat, sehingga bisa bersatu dengan orang dari budaya Tionghoa, namun persentasenya sangat sedikit. Semua itu perlu dipertimbangkan. Jika memang Anda berpikir dan telah mempertimbangkan bahwa Anda bisa bersatu dengan orang Kristen namun berbeda budaya, ya, silahkan saja, itu kebebasan Anda yang harus dipertanggungjawabkan. Ini bukan hal yang mutlak, namun hanya saran saja.

4. Hal-hal Fenomenal (Wajah, Tinggi Badan, Berat Badan, dll)
Terakhir, hal-hal fenomenal lah yang harusnya menjadi hal terakhir bagi kriteria relatif dalam menentukan siapa lawan jenis kita yang pantas menjadi pasangan hidup kita. Hal-hal fenomenal menyangkut: wajah, tinggi badan, berat badan, dll. Memang seperti yang dikatakan Pdt. Dr. Stephen Tong, alangkah idealnya jika kita memilih lawan jenis/cewek yang rohani, baik, dan cantik pula. Namun beliau mengingatkan, karena dosa, hal ideal itu jarang terjadi. Beliau mengingatkan juga, jangan mencari cewek hanya cantik doang, itu bahaya, karena banyak cewek cantik, biasanya otaknya gak ada isinya, soalnya kebanyakan bersolek di depan kaca. Saya mengaminkan apa yang beliau katakan. Namun saya juga mengamati, banyak cewek yang rohani dan baik, wajah selalu amburadul, hehehe. Ya, menurut saran Pdt. Stephen Tong, carilah cewek yang secara kelihatan luar gak usah terlalu cantik seperti bidadari atau gak usah juga terlalu parah puol, yang sedang-sedang saja lah. Juga kalau kita sebagai cowok yang sedang-sedang saja (tidak gentong dan lumayan tinggi) jangan mencari cewek yang badannya gentong kayak kingkong, masalahnya kalau kita mencari kingkong untuk jadi istri kita kelak, pasti tidak sedap dipandang mata, hehehe…Standar saya pribadi selain rohani dan baik, saya juga tetap memperhatikan hal-hal fenomenal, misalnya: wajah lumayan (tidak mengecewakan), tinggi badan proporsional, dan tentunya bukan kingkong. Jangan menjadi orang Kristen yang terlalu idealis yang mengatakan, “Yang penting esensi, hal-hal fenomenal gak penting.” Itu munafik namanya! Jadilah orang Kristen realistis yang berkata bahwa memang hal-hal esensial terpenting, namun bukan berarti hal-hal fenomenal tidak perlu, karena kita masih hidup di dunia yang ada fenomenanya. Kalau kita disuruh memilih antara: cewek cantik tapi atheis vs cewek yang tidak seberapa cantik tapi cinta Tuhan, mana yang harus kita pilih? Bagi saya, saya lebih memilih cewek kedua, karena menurut ko Cun-cun (Ev. Bedjo Lie, M.Div.): cantik itu relatif, tapi jelek itu mutlak, wkwkwk… Gak nyambung, mode: ON, hehehe

Keempat, bertanyalah tentang lawan jenis kita kepada teman-teman dekat atau/dan saudara lawan jenis kita. Karena banyak manusia sangat ahli bermuka dua/bertopeng, adalah bijaksana jika kita bertanya tentang lawan jenis kita ini kepada teman-teman dekat atau/dan saudaranya, supaya kita bisa mendapat gambaran agak jelas tentang siapa lawan jenis kita, sehingga kita tidak ditipu oleh “indah”nya penampilan luar sang lawan jenis. Saya pribadi yang memberikan prinsip ini juga telah, sedang, dan akan terus menjalankan prinsip ini, supaya kita makin mengenal sisi positif dan negatif lawan jenis kita. Meskipun kita tetap harus berbijaksana untuk TIDAK terlalu percaya dengan perkataan teman dekat atau/saudara si lawan jenis, namun setidaknya mereka bisa memberikan sedikit input bagi kita.


KESIMPULAN
Akhir kata, mencari dan menemukan pasangan hidup TIDAKlah mudah, karena saya menyadari banyak orang postmodern sangat ahli bermuka dua, khususnya banyak cewek hari-hari ini (tidak terkecuali banyak “Kristen” di dalamnya). Adalah suatu hal yang bijaksana jika kita mencari dan menemukan pasangan hidup kita di hadapan Tuhan. Artinya, kita menggumulkan terlebih dahulu kehendak Tuhan bagi kita dalam segala hal, termasuk dalam hal pasangan hidup. Dan lagi di dalam proses mencari dan menemukan pasangan hidup yang Tuhan mau, hendaklah kita bersabar. Dahulu saya seorang yang ngebet mencari pasangan hidup, namun sekarang, setelah membaca buku I Kissed Dating Goodbye dari Rev. Joshua E. Harris, saya agak bersabar. Mengapa? Karena menurut nasihat bijak Rev. Joshua E. Harris, pergunakanlah waktu jomblo Anda untuk makin giat melayani Tuhan, karena semakin kita giat melayani Tuhan, hidup kita makin memuliakan-Nya, dan Tuhan suatu hari kelak akan memberikan seorang lawan jenis yang memiliki kerinduan yang sama. Bagaimana dengan kita? Sudahkah cara kita dalam mencari dan menentukan pasangan hidup kita berkenan di hadapan-Nya atau kita menjadi orang “Kristen” yang hidup seolah-olah Tuhan itu tidak ada (“Kristen” Atheis—begitulah definisi Rev. Craig Groschel, M.Div. di dalam bukunya The Christian Atheist: Believing in God but Living as If He Doesn’t Exist)? Mari kita mengintrospeksi diri kita masing-masing. Amin. Kiranya Tuhan memberkati. Soli DEO Gloria.

ETIKA BERPACARAN

ETIKA PERGAULAN MUDA MUDI DALAM BERCINTA, BERPACARAN, SEKSUALITAS BERDASARKAN FIRMAN TUHAN
Etika pergaulan adalah bagian dari hidup kita dalam bermasyarakat. Sehingga seakan-akan hidup kita dibatasi oleh suatu jaringan norma berupa larangan, ketentuan, kewajiban, dan sebagainya. Sekarang yang menjadi bahan pertanyaan dengan norma apakah kita memikirkan etika pergaulan kita, karena etika sendiri merupakan penyelidikan filsafat tentang bidang moral, mengenai kewajiban manusia serta tentang yang baik dan yang buruk.
Etika dalam Alkitab menitik beratkan bukan hanya pada ekspresi lahiriah, melainkan juga pada “ pikiran dalam hati”, motivasi, perasaan, imajinasi, dan sebagainya. Etika sendiri tidak mempersoalkan “apa” atau “siapa” manusia itu, tetapi bagaimana manusia seharusnya bertindak atau berbuat. Etika adalah pertimbangan tingkah laku yang harus bertanggung jawab terhadap Allah dan manusia, bagaimana kita berbuat dan bertindak menurut Firman Tuhan.
PERCINTAAN DAN SEKSUALITAS
Percintaan dan seksualitas adalah dua hal yang berbeda tetapi berkaitan erat. Oleh karena itu percintaan tak dapat selalu dianggap dengan hubungan seks. Sebaliknya hubungan seks hanya boleh terjadi apabila didalamnya ada jalinan cinta dua pribadi berlainan jenis yang telah menikah secara resmi melalui lembaga gereja dan pemerintah yang berwenang. Percintaan sendiri menuntut adanya sikap mapan, dewasa serta tahu batas yang benar. Penyimpangan biasanya terjadi karena kurang pengertian atau melakukan uji coba atau pelarian dari frustasi dan stress berkepanjangan. Cinta melibatkan emosi seseorang sejak dilahirkan, dan melalui cinta manusia dapat mempertahankan hidup, serta mengerti dan menikmati keindahan.Sedangkan seks adalah eksistensi yang ada pada diri manusia, menurut Sigmund Freud “ seks adalah libido manusia ”. Maka sebenarnya emosi cinta dapat disalurkan dan diwujudkan tanpa harus melibatkan seks.
Seks menentukan jenis seseorang apakah ia pria atau wanita. Dalam arti sempit, seks seringkali dikaitkan dengan “hubungan seksual atau pornografi”, sehingga seks tidak lagi mencapai pada tingkat pengertian yang luhur seperti ketika Allah menciptakannya. Seks bukan hal tabu yang harus dihindari atau dimatikan tetapi justru harus dijaga dan diperlakukan secara kudus dan benar sebagai wujud ucapan syukur atas anugrah Tuhan.
Dalam Alkitab, perzinahan sering dihukum dengan keji, hal ini karena seksualitas sangat dijunjung tinggi dan dipelihara kekudusannya hanya dalam ikatan pernikahan ( Ibrani 13:4 ).
CIRI PERKEMBANGAN SEKSUAL DAN HUBUNGAN SEKSUAL
Seseorang pada tiap tahap perkembangan mempunyai ciri yang unik menurut tahapannya, yaitu: mulai memiliki minat terhadap kehidupan seksualitas akibat dari perkembangan fisik dan mental, mulai tertarik pada lawan jenis, mulai mencoba mengekspresikan perasaan cinta.
Dalam pola hubungan seksual ada beberapa aspek yang terkait yaitu aspek keterbukaan, aspek komitmen dan aspek penyerahan. Aspek-aspek ini hanya dapat dipenuhi dalam pernikahan yang sah, dan bagi Tuhan persetubuhan adalah bagian dari rencanaNya, diluar tujuanNya hubungan seks tidak mempunyai arti, dan hubungan seks menurut rencanaNya sangat wajar dan indah.
BERPACARAN DAN CIRI-CIRI PACARAN ORANG KRISTEN
Fase berpacaran biasanya mulai setelah fase persahabatan yang baik. Dimana seseorang secara khusus dan pribadi bergauldengan orang lain untuk memperoleh pengenalan pribadi yang realistis dan mendalam;menguji keberanian tekad dan kebenaran perasaan yang ada serta mempersiapakan diri memasuki fase pernikahan, untuk memikul tanggung jawab kehidupan yang berat bersama-sama. Jelas berpacaran merupakan masa pengenalan antar dua pribadi secara khusus dengan tujuan akhir ke pernikahan;bukan sekedar pengenalan tetapi juga mengambil sikap untuk mengkhususkan hubungan berdua.
Ciri-ciri pacaran orang Kristen:
1. Kasihnya bersifat obyektif, dengan memberi apa yang baik dan dibutuhkan dengan tidak memanipulatif
2. Peralihan dari cemburu buta menjadi cemburu yang obyektif yang menuntut sesuatu yang memang sudah menjadi haknya
3. Peralihan dari cinta romantis menjadi cinta yang realistis;sehingga tidak hanya berkisar pada hal-hal yang indah dan romantis saja, melainkan realistis sesuai keadaan
4. Peralihan dari berpusat pada kegiatan-kegiatan menjadi berpust pada komunikasi dan dialog;sehingga dapat lebih mengenal secara pribadi
5. Peralihan dari orientasi seksual menjadi orientasi masa depan
SARAN PENGENDALIAN SEKS DALAM BERPACARAN
1. Menerapkan Kekristen dalam seluruh aspek hidup kita
2. Buat aturan dalam berpacaran yang berdasar pada prinsip Alkitab
3. Pilih pacar dengan hati-hati, seiman
4. Menjadikan pacaran menjadi kesempatan yang menarik, kreatif dan menjadi persekutuan yang baik dalam Tuhan
5. Hindari situasi dan kondisi yang merangsang dorongan seks
6. Batasi waktu berpacaran agar tidak terlalu sering
Diposting oleh Komisi Pemuda GKMI Kudus di 01:41
1 komentar:
Holistik Ministry mengatakan…
Shallom en Christos,
Artikel ini SANGAT BAGUS! Tapi disayangkan, karena dibangun atas dasar deduktifitas tanpa induktifitas dalam menjelaskannya. Secara khusus untuk etimologi istilah-istilah yang sebenarnya secara TEOLOI BIBLIKAL harus dipertimbangkan secara ketat & tepat. Seperti istilah “PACAR/PACARAN”, istilah ini tidak dapat dipakai dalam koridor orang/remaja/pemuda Kristen yang belum menikah! Belum tahu ya…???? Karena ini sebenarnya istilah faham dari seksualitas duniawi yang salah tempat dan alamat. Dalam Kekristenan Sejati melalui GERAKAN SEX ALKITABIAH, penempatan istilah “PACAR/PACARAN” hanya layak ditempatkan dan dilakukan bagi mereka yang sudah terikat dalam kehidupan pernikahan yang KUDUS. Dibawah ini pernyataan dari KOMUNITAS GERAKAN SEX ALKITABIAH (GERAKAN REFORMASI CARA PANDANG & GAYA HIDUP SEKSUALITAS DALAM KEKRISTENAN):
MENGAPA GERAKAN SEKSUALITAS ALKITABIAH PENTING?
1.DOSA SEKS/ Dosa percabulan yang dipaparkan Alkitab adalah DOSA yang menjadi PERHATIAN SERIUS oleh Allah (DOSA SEX BERBEDA DENGAN DOSA LAINNYA)
Dalam 1 Korintus 6:18 dipaparkan bahwa :” Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri .” Memberikan pengertian bahwa segala bentuk dosa (mencuri, membunuh, merampok, berbohong, mencari muka, Korupsi, dll) yang dilakukan manusia atau seseorang selain dosa seks/percabulan adalah tindakan yang biasanya terpaksa dilakukan karena desakan-desakan/tekanan-tekanan dari kebutuhan hidup manusia atau orang lain di lingkungan sekitarnya. Sebagai contoh, ketika seorang perampok tertangkap dalam melakukan kejahatannya, biasanya alasan dia melakukannya karena telah di-PHK oleh perusahaan dan sudah beberapa bulan ini menganggur dan tidak ada penghasilan yang diperoleh. Ditambah lagi dengan kebutuhan keluarganya (istri dan anak) yang juga membutuhkan biaya untuk dicukupi. Akhirnya dia terpaksa ikut melakukan perampokan. Misalnya dia ada pekerjaan dan mendapatkan gaji dalam pekerjaannya maka untuk melakukan tindakan kriminal dengan merampok tidak akan terpaksa dilakukannya. Prinsip yang sama juga berlaku dengan dosa mencuri, membunuh, dsb. Tetapi dosa seks/percabulan tidaklah demikian, sebab dorongan melakukan tindakan seksualitas yang tidak berkenan bukan karena dorongan/tekanan/tawaran dari luar dirinya. Tetapi justru karena keinginan berasal dari dalam diri sendiri dari seseorang. Karena Seks adalah kebutuhan DASAR manusia. Dan jika ada tawaran/godaan seks dari luar jika tidak kuat iman/menahan nafsu, maka justru mempercepat terjadinya Dosa seks/percabulan, ibarat percabulan terjadi seperti ANAK PANAH yang telah dilepaskan dari BUSUR-nya. Artinya anak panah yang telah dilepaskan tidak akan bisa untuk kembali atau berhenti di tengah jalan dan anak panah tersebut akan melesat dengan cepat kepada sasaran dan tak akan terhentikan. Inilah ciri dari dosa Percabulan. Dalam Galatia 5:19 :” Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,….”. Memberikan pengertian bahwa perbuatan daging/dosa yang paling pertama disebut dan dipaparkan adalah DOSA PERCABULAN/SEKS. Dan ini bukan kebetulan, tetapi jelas DOSA SEKS/PERCABULAN berbeda dengan dosa yang lain yang dilakukan manusia. Dosa percabulan menjadi PERHATIAN SERIUS oleh Kristus. Dan ini sesuai dengan DEFINISI dari kekuatan SEKS/CINTA (nafsu birahi) dalam Kidung Agung Salomo 8:6 :” ….., karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN!” Betapa kuat dan dahsyat dorongan seksualitas manusia itu !!
2. Kesalahan dalam PRINSIP/PENGERTIAN dan GAYA HIDUP/PERBUATAN HIDUP Seksualitas akan membawa nasib/pilihan hidup orang Kristen ke dalam NERAKA.
Dalam Amsal 7:1-5 (1 Hai anakku, berpeganglah pada perkataanku, dan simpanlah perintahku dalam hatimu. 2 Berpeganglah pada perintahku, dan engkau akan hidup; simpanlah ajaranku seperti biji matamu. 3 Tambatkanlah semuanya itu pada jarimu, dan tulislah itu pada loh hatimu. 4 Katakanlah kepada hikmat: “Engkaulah saudaraku” dan sebutkanlah pengertian itu sanakmu, 5 supaya engkau dilindunginya terhadap perempuan jalang, terhadap perempuan asing, yang licin perkataannya.). Disini dijelaskan bahwa hikmat dan pengertian dalam ajaran dan pengajaran tentang SEKSUALITAS yang benar/Seksualitas Alkitabiah sangat penting, supaya kita dilindungi dari tawaran dan pengajaran serta pengaruh dari Seksualitas Duniawi ( penuh dengan Percabulan); Amsal 7:25-27 :” 25 Janganlah hatimu membelok ke jalan-jalan perempuan itu, dan janganlah menyesatkan dirimu di jalan-jalannya. 26 Karena banyaklah orang yang gugur ditewaskannya, sangat besarlah jumlah orang yang dibunuhnya. 27 Rumahnya adalah jalan ke dunia orang mati, yang menurun ke ruangan-ruangan maut.” Dari Prinsip/Pengertian yang keliru tentang Seksualitas maka akan berdampak kepada tindakan/GAYA HIDUP Seksualitas yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Dan jelas dan secara terang akibat dari perbuatan/tindakan/gaya hidup seksualitas yang salah akan membawa orang tersebut ke dalam NERAKA . Kita harus berhati-hati, baik kita sebagai Hamba Tuhan, Konselor Kristen dan Orangtua dalam pengajaran tentang Seksualitas di dalam Kekristenan, jika keliru mengajar tentang Seks yang bukan Seks Alkitabiah maka baik guru dan murid akan bersama-sama dihadapkan kepada pengadilan Allah dan jangan sampai, ORANG BUTA MENUNTUN ORANG BUTA-KEDUA-DUANYA AKHIRNYA MASUK KE DALAM JURANG!!!
3.Pengajaran Seksualitas di dalam Kekristenan Dewasa ini telah banyak tersusupi/terinfiltrasi paham/filsafat Seks Duniawi.
Tanpa sadar atau mungkin hanya kepentingan PRAGMATIS saja dalam masalah konseling yang berhubungan dengan masalah seksualitas dalam kehidupan orang Kristen baik mulai dari anak-anak, remaja-pemuda, mereka yang akan memasuki pernikahan dan pasangan suami-istri dan bahkan juga dalam buku-buku ROHANI Kristen yang telah ada, mengadopsi hasil-hasil penelitian tentang Seks dari kaum BEHAVIORISME, dimana manusia dijadikan kelinci percobaan tanpa mempedulikan batasan etika dan iman dalam melakukan penelitian tentang Seksualitas Manusia. Ini adalah sumber-sumber tentang Seksualitas yang tidak kudus dan tidak berkenan dihadapan Bapa di Sorga. Bahkan dalam beberapa penanganan tentang masalah seksualitas pasangan suami-istri Kristen, buku-buku Rohani dan Hamba TUHAN pakar dalam masalah keluarga/fokus pada permasalah suami-istri, MENGIJINKAN untuk yang bermasalah dalam kasus tertentu untuk bisa dan bahkan menyarankan menonton VCD PORNO/VIDEO PHONE PORNO atau gambar-gambar PORNO. Dalam pergaulan muda-mudi Kristen juga sudah banyak pengajaran Seks yang tidak Alkitabiah. sehingga membawa kehidupan anak muda Kristen dalam kehidupan seksualitas tidak ada bedanya dengan gaya hidup anak muda kebanyakan yang mengagung-angungkan SEKS tanpa batasan moral/ tanggungjawab moral kepada Allah. Istilah PACARAN sebenarnya tidak layak untuk diadopsi menjadi salah satu tahap dalam pergaulan muda-mudi Kristen. Apalagi dalam beberapa buku rohani Kristen menyebut “Batas-batas PACARAN”, “PACARAN yang sehat”, dll.

Seks menurut Alkitab

Seks Dalam Pandangan Kristiani

Pendapat masyarakat tentang seks mengalami perubahan dari masa ke masa. Rollo May menulis, “Masyarakat zaman Victoria mencari cinta tanpa harus terlibat dengan seks; sementara masyarakat modern mencari seks tanpa harus terlibat dengan cinta”. Dari pandangan masyarakat Puritan yang mengatakan seks sebagai sarana kejahatan bagi prokreasi, kita beralih pada pandangan populer Playboy yang mengangap seks sebagai sarana rekreasi.
Kedua pandangan ekstrim tersebut tidak benar dan tidak menunjukan fungsi seks yg sesuai dengan maksud Tuhan. Pandangan negatif membuat pasangan yang telah menikah merasa bersalah saat berhubungan seks; sementara pandangan yang bebas membuat manusia menjadi seperti robot yang melihat seks dalam arti sempit dan hanya berfungsi untuk kepuasan.
Bagaimana seorang Kristen memahami seks? Apa yang Alkitab katakan tentang seksualitas? Tujuh prinsip dibawah ini diharapkan dapat membantu orang Kristen yang mempercayai Alkitab memahami seks.

Prinsip 1: Alkitab mengatakan bahwa seksualitas manusia sebagai sesuatu yang baik
.
Mari kita mulai dari awal: “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka” (Kej 1:27) Setelah penciptaan sebelumnya dilakukan, Allah melihat bahwa “semuanya itu baik” (Kej 1:12,18,21,25), tapi setelah penciptaan manusia sebagai laki-laki dan perempuan, Allah melihat bahwa “segala yang dijadikanNya itu, sungguh amat baik” (Kej 1:31). Awal pengertian secara ilahi bahwa seksualitas manusia itu ‘sungguh amat baik’ menunjukan perbedaan seksual pria dan wanita sebagai bagian dari kebaikan dan kesempurnaan dari ciptaan Tuhan yang pertama.
Perhatikan juga bahwa perbedaan jenis kelamin pria dan wanita berhubungan dengan kenyataan bahwa manusia diciptakan menurut peta Allah. Karena Kitab suci membedakan manusia dengan ciptaan yang lain, para ahli teologi berpendapat bahwa pengertian peta Allah mengaju pada kemampuan rasional, moral, dan spiritual yang Tuhan berikan kepada pria dan wanita.
Namun demikian, masih ada cara lain bagi kita untuk memahami pengertian dari peta Allah, berdasarkan apa yang tertulis dalam Kej 1:27: “menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka.” Jadi kepriaan dan kewanitaan manusia mencerminkan peta Allah dalam pengertian bahwa pria dan wanita mempunyai kemampuan untuk memiliki kesatuan hubungan yang sama dengan kesatuan hubungan yang ada dalam konsep Trinitas. Tuhan dalam pengertian Alkitabiah bukanlah Sesuatu yang sendiri dalam singularitas abadi melainkan berada dalam hubungan tiga Oknum yang secara misterius disatukan sehingga kita menyembahnya sebagai satu Tuhan. Kesatuan yang misterius dalam konsep Trinitas ini dicerminkan melalui gambar ilahi dalam manusia, dalam dua jenis kelamin yang berbeda; pria dan wanita; yang juga secara misterius disatukan dalam perkawinan menjadi ‘satu daging’.

Prinsip 2: Seksualitas manusia adalah satu proses dimana dua menjadi ‘satu daging’.
Hubungan intim antara seorang pria dan wanita diekspresikan dalam Kej 2:24: “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging”. Istilah ‘satu daging’ mengacu pada penyatuan tubuh, jiwa, dan roh yang utuh diantara pasangan yang telah menikah. Penyatuan utuh ini dapat dialami khususnya melalui hubungan seksual yang merupakan tindakan dari pengekspresian cinta sejati, rasa hormat, dan komitmen.
Istilah ‘menjadi satu daging’ menunjukan rencana Tuhan tentang seks dalam perkawinan. Hal ini menjelaskan bahwa Tuhan melihat seks sebagai media bagi suami istri untuk mencapai kesatuan. Harus diperhatikan bahwa pengandaian ‘satu daging’ tidak diterapkan untuk mengambarkan hubungan seorang anak dengan orang tuanya. Seorang laki-laki akan ‘meninggalkan’ orang tuanya untuk menjadi ‘satu daging’ dengan istrinya. Hubungan dengan istrinya berbeda dengan hubungan dengan orang tuanya karena hubungan dengan istri merupakan kesatuan baru yang diperoleh melalui penyatuan seksual.
Menjadi ‘satu daging’ juga mengambarkan tujuan dari kegiatan seksual yang tidak hanya sebagai prokreasi (untuk memperoleh keturunan) tetapi juga psikologi (memenuhi kebutuhan emosional untuk mencapai satu hubungan kesatuan). Kesatuan menunjukan keinginan untuk mengetahui sisi paling khusus dari pasangan secara emosi, fisik dan intelektual. Ketika mereka saling memahami dengan cara yang paling khusus, mereka akan mengerti arti dari menjadi satu daging. Hubungan seksual tidak secara otomatis memberikan pengertian kesatuan. Lebih jauh lagi setiap pasangan harus memahami betul arti saling berbagi dalam hubungan suami-istri.

Prinsip 3: Seks adalah memahami satu sama lain melalui cara yang paling intim.
Hubungan seksual diantara pasangan yang telah menikah membuat mereka dapat saling memahami melalui cara yang paling khusus. Hal ini tidak dapat diperoleh dengan cara yang lain. Berhubungan seksual tidak hanya membiarkan pasangan kita melihat tubuh kita tapi juga kepribadian kita. Inilah sebabnya mengapa kitab suci sering menggambarkan hubungan seksual sebagai ‘memahami’, kata kerja yang sama digunakan dalam Ibrani yang mengacu pada memahami Tuhan.
Adam tentu saja sudah mengenal Hawa sebelum mereka berhubungan seksual, namun ia mengenal Hawa lebih jauh lagi melalui cara yang paling khusus tersebut. Dwight H. Small mengemukakan, “pengungkapan rahasia diri melalui hubungan seksual merupakan pengungkapan diri yang paling tinggi dari semua tingkat dalam keberadaan satu pribadi. Ini adalah satu cara unik yang eklusif. Mereka saling mengenal seolah mereka tidak pernah mengenal orang lain. Pengetahuan yang unik ini merupakan satu rasa memiliki yang sejati… keadaan telanjang merupakan satu simbol bahwa tidak ada yang tersembunyi diantara pasangan suami istri.”
Proses menuju hubungan seksual adalah satu proses pertumbuhan. Mulai dari sekedar mengenal, kemudian berkencan, bertunangan, menikah, dan berhubungan seksual, pasangan belajar mengenal satu sama lain. Hubungan seksual merupakan puncak dari proses pertumbuhan tersebut.Seperti yang dikemukakan oleh Elizabeth Achtemeier: “Kami merasa seolah kedalaman diri yang paling tersembunyi muncul kepermukaan dan terungkap sebagai satu ekspresi cinta kami yang murni”.

Prinsip 4: Alkitab mengecam hubungan seks diluar nikah.
Karena seks melambangkan hubungan antar pribadi yang paling intim dan mengekspresikan penyatuan ‘satu daging’ berdasarkan komitmen total, seks tidak boleh dilakukan dalam satu hubungan biasa yang hanya berlandaskan kesenangan. Penyatuan dalam hubungan semacam itu merupakan tindakan amoral.
Hubungan seks diluar nikah adalah masalah yang serius karena membawa pengaruh yang lebih dalam dari dosa-dosa yang lain. Seperti yang rasul Paulus nyatakan :”Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi diluar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri” (I Kor 6:18). Sebagian orang berpendapat bahwa minuman beralkohol juga berpengaruh terhadap diri seseorang. Tetapi pengaruhnya tidak bersifat permanen seperti yang ditimbulkan oleh dosa seksual.
Kebiasaan makan makanan yang dilarang dapat ditiadakan, barang yang dicuri dapat dikembalikan, kebohongan dapat diganti dengan kebenaran, namun perbuatan seksual tidak dapat dihapuskan begitu saja.
Ini bukan berarti bahwa dosa seksual tidak bisa diampuni. Kitab suci mengatakan bahwa jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan ‘menyucikan kita dari segala kejahatan.’ (I Yoh 1:9) Ketika Daud bertobat karena telah melakukan perzinahan dan pembunuhan, Tuhan memaafkannya. (lihat Mazmur 32 dan 51)
Prinsip 5: Seks tanpa komitmen membuat manusia sama seperti benda.
Seks diluar nikah adalah seks tanpa komitmen. Hubungan semacam ini menghancurkan integritas seseorang dengan merendahkannya menjadi satu obyek yang digunakan untuk kepuasan pribadi. Seseorang yang merasa terhina setelah berhubungan seksual bisa saja menjadi trauma karena takut hanya akan dimamfaatkan atau justru menjadi tidak menghargai tubuhnya lagi sehingga melakukan hubungan seksual secara sangat bebas. Ia telah kehilangan kesempatan untuk mengunakan seks sebagai cara untuk mengekspresikan rasa cinta dan merusak pengertian seksualitas manusia yang sesungguhnya.
Seks tidak dapat digunakan sebagai cara untuk bersenang-senang dengan seseorang sementara disaat yang sama digunakan untuk menunjukan cinta sejati dan komitmen dengan orang lain. Pandangan alkitab tentang kesatuan, keintiman, dan cinta sejati tidak ditunjukan melalui seks diluar nikah atau seks dengan lebih dari satu orang pasangan.
Pasangan yang telah bertunangan mungkin mengatakan bahwa mereka mengekspresikan cinta yang sejati saat mereka melakukan hubungan seks sebelum mereka menikah. Dari sudut pandang Kristen, pasangan yang bertunangan harus saling menghormati dan melihat pertunangan sebagai persiapan menuju pernikahan, bukan sebagai pernikahan itu sendiri. Sampai janji pernikahan diucapkan, kemungkinan pertunangan itu putus tetap ada. Jika pasangan itu telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah, mereka telah melanggar komitmen. Dan bila dikemudian hari hubungan ini putus, akan meninggalkan bekas luka emosi yang permanen. Hubungan seksual yang sah hanya bisa dilakukan bila seorang pria dan wanita bersedia untuk menjadi satu tidak hanya secara fisik tetapi juga secara psikis dengan memikul tanggung jawab terhadap masing-masing pasangannya.
Kecaman terkeras dari sudut pandang Kriten memang ditujukan kepada tindakan amoral seks diluar nikah. Kecaman tersebut jelas terdapat dalam Alkitab. Alkitab menolak menggunakan ‘istilah yang lebih lunak’. Contohnya seks pra-nikah dengan tekanan pada ‘pra’ dan bukan pada ‘nikah’. Perzinahan diartikan sebagai ‘seks diluar nikah’. Homoseksualitas digambarkan dengan istilah yang lebih lunak sebagai satu ‘variasi gay’ dan bukan disebut sebagai ‘penyimpangan’.
Orang Kristen saat ini mulai mempertimbangkan satu alasan bahwa ‘cinta membuat seks diluar nikah sesuatu benar’. Jika seorang pria dan wanita jatuh cinta, mereka berhak mengekspresikan cinta mereka walaupun melalui hubungan seks diluar nikah. Beberapa pendapat mengatakan bahwa seks sebelum nikah membebaskan mereka dari tradisi kuno dan memberikan mereka satu kebebasan emosi. Kebenaran dalam hal ini adalah bahwa seks pra-nikah menimbulkan tekanan emosi karena mengartikan cinta sekedar hubungan fisik tanpa satu komitmen total diantara pasangan yang menikah.
Prinsip 6:Seks merupakan sarana prokreasi dan relasi.
Sampai awal abad ini, orang Kristen percaya bahwa fungsi utama seks adalah untuk prokreasi. Pertimbangan lain, seperti aspek kesatuan, relational, dan kesenangan, dianggap sebagai fungsi sampingan. Namun keadaan tersebut mulai berubah diabad 20.
Dari sudut pandang Alkitab, kegiatan seksual dalam perkawinan merupakan sarana prokreasi dan relasi. Sebagai orang Kristen kita perlu menjaga keseimbangan antara kedua fungsi seks ini. Hubungan seks adalah kegiatan menyenangkan yang menimbulkan rasa saling memiliki dan menjadi satu sementara menciptakan satu kemungkinan untuk membawa satu kehidupan baru ke dalam dunia ini. Kita harus menyadari bahwa seks adalah anugerah ilahi yang hanya dapat dinikmati dalam perkawinan.
Paulus menganjurkan pada suami-istri “Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap istrinya, demikian pula istri terhadap suaminya. Istri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi istrinya. Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak.” (I Kor 7:3-5; lihat juga Ibrani 13:4)

Prinsip 7: Seks memampukan pria dan wanita untuk mencermikan peta Allah dengan turut serta dalam kegiatan kreatifNya.
Dalam Alkitab, seks tidak hanya berfungsi dalam proses penyatuan roh yang misterius tetapi juga menciptakan kemungkinan untuk membawa anak-anak lahir kedunia ini. “Beranak cuculah dan bertambah banyak”, perintah Tuhan dalam Kej 1:28.
Tentu saja tidak semua pasangan dianugerahi anak. Usia tua, kemandulan, ataupun penyakit genetik adalah beberapa dari faktor yang menyebakan seseorang tidak mungkin mempunyai anak. Namun bagi sebagian besar pasangan yang menikah, mempunyai anak adalah hal yang wajar dalam kehidupan perkawinan. Hal ini tidak berarti bahwa setiap tindakan dari kesatuan seks harus mengacu pada konsep tersebut.
“Kita tidak bermaksud memisahkan seks dari kemungkinan untuk mempunyai anak,” tulis David Phypers, “dan mereka yang melakukan hal itu dengan alasan-alasan pribadi, sesungguhnya tidak memahami tujuan Tuhan terhadap hidup mereka. Mereka mengambil resiko untuk tidak mengindahkan perkawinan mereka dan kegiatan seksual dalam perkawinan hanyalah demi kepuasan semata. Mereka tidak bersedia turut serta dalam satu proses kreatif untuk membawa kehidupan baru anak-anak mereka ke dalam dunia ini, membesarkan dan mendidik mereka hingga sampai pada kedewasaan.”
Kita tidak akan menemukan jawaban yang gamblang dalam Alkitab. Kita telah melihat bahwa seks memiliki sarana prokreasi dan relasi. Kenyataan bahwa fungsi seks dalam perkawinan tidak hanya untuk meneruskan keturunan tetapi juga untuk mengekspresikan cinta dan komitmen, menunjukan adanya keterbatasan dalam fungsi seks sebagai sarana reproduksi. Dengan kata lain bahwa fungsi relasi merupakan fungsi yang lebih dinamis dibandingkan fungsi reproduksi.
Hal ini memicu pertanyaan: apakah kita berhak campur tangan dalam proses reproduksi yang direncanakan Tuhan? Jawaban dari Gereja katolik Roma adalah Tidak!. Apa yang harus dilakukan oleh umat katolik telah dijelaskan Paus Paulus VI dalam suratnya Humane Vitae (29 Juli 1968), yang mengakui moralitas kesatuan seksual antara suami dan istri, walaupun tidak memiliki anak. Dalam suratnya Paus tidak menyeujui penggunaan alat kontrasepsi buatan dan menganjurkan mengunakan cara alamiah ‘metode ritme’ untuk mengontrol kelahiran. Dalam metode ini hubungan seksual hanya boleh dilakukan pada saat istri dalam masa tidak subur.
Usaha Humane Vitae untuk membedakan antara kontrasepsi ‘buatan’ dan ‘alami’ kemudian menimbulkan masalah baru. Penolakan untuk menggunakan kontrasepsi buatan menjalar pada penolakan untuk menggunakan vaksin, hormon, atau obat-obatan yang tidak diproduksi secara alami dalam tubuh manusia.
“Seperti penemuan manusia yang lain,” tulis David Phypers,”kontrasepsi dipandang sebagai sesuatu yang netral dari segi moral; masalahnya terletak pada apa yang akan kita lakukan dengan kontrasepsi itu. Jika kita menggunakannya untuk melakukan hubungan seks diluar nikah atau demi keegoisan kita, atau jika kita menggunakannya untuk merusak perkawinan orang lain, kita akan dipersalahkan karena tidak mematuhi kehendak Allah dan karenanya kita menghancurkan arti perkawinan. Namun apabila kita menggunakannya dengan tepat untuk kesehatan dan demi kesejahteraan keluarga kita, kontrasepsi justru akan membantu kita memperoleh rumah tangga yang bahagia. Dengan kontrasepsi kita dapat melindungi keluarga kita dari masalah fisik, emosi, ekonomi, dan psikologi yang mungkin ditimbulkan oleh kehamilan yang tidak direncanakan, sementara diwaktu yang sama kita dapat mencurahkan perhatian kita untuk menumbuhkan cinta yang dapat memperkuat ikatan perkawinan.
Kesimpulan
Seksualitas manusia adalah bagian dari ciptaan Tuhan yang indah. Tidak ada jejak dosa didalamnya. Namun, sama seperti anugerah Tuhan yang lain bagi manusia, seks juga digunakan oleh setan untuk menjauhkan manusia dari kehendak Tuhan. Seks berfungsi sebagai sarana untuk menyatukan dan memperoleh keturunan, dalam hubungan pria dan wanita untuk menjadi ‘satu daging’. Ketika hubungan itu rusak, baik oleh seks pra-nikah atau seks diluar nikah, kita telah melanggar hukum ketujuh. Kita telah berbuat dosa, dosa terhadap Allah dan dosa terhadap diri sendiri.
Tapi Alkitab tidak meninggalkan kita tanpa harapan. Alkitab memperkenalkan kita kepada kasih Allah yang bersedia mengampuni segala dosa, termasuk dosa seksual. Walaupun dosa seksual meninggalkan bekas dalam kesadaran kita dan dapat menyakiti orang lain, pertobatan yang sungguh-sungguh mampu membuka pintu maaf Allah. Tidak ada dosa yang sangat besar sehingga kasih Allah tidak dapat membawa penyembuhan dan perbaikan. Yang harus kita lakukan adalah meraih kasih itu, karena hanya kasih yang membuat kita menyadari potensi kita masing-masing yang telah diberikan oleh Pencipta kita.
Kita juga harus menerapkan hal itu dalam kehidupan seksual kita. Pada saat orang-orang mulai memperbolehkan seks bebas, saat itulah menjadi peringatan bagi kita sebagai orang Kristen untuk kembali memperkuat komitmen kita tentang seks menurut pandangan Alkitab sebagai satu anugerah ilahi yang hanya boleh dilakukan dalam perkawinan.

pacaran menurut alkitab

Bab I Pendahuluan

Berpacaran adalah konsep masyarakat modern, artinya baru beberapa puluh tahun inilah kita mengenal konsep tersebut. Di masa lampau hal ini tidak di kenal karena perkawinan biasanya diatur oleh pihak keluarga atau orang tua kedua belah pihak. Mengapa demikian? Karena memang perkawinan bukan cuma masalah pribadi kedua orang yang terlibat saja, melainkan mempunyai dampak yang luas kepada keluarga dan seluruh masyarakat sekitarnya. Dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa suatu perubahan besar bagi generasi muda, mereka belajar bersama dan bergaul bersama dan menuju kedewasaan bersama. Dalam pergaulan sering kali berkembang pada hubungan-hubungan yang khusus yang menjurus ke pada persahabatan atau kepada pacaran.

Bab II Arti dari pacaran

Pacaran adalah dampak dari pergaulan sehingga munculah hubungan (muda-mudi), dua orang yang tidak sejenis, berdasarkan rasa cinta. Jadi berpacaran adalah suatu proses di mana seorang laki-laki dan perempuan menjajaki kemungkinan adanya kesepadanan di antara mereka berdua yang dapat dilanjutkan ke dalam perkawinan. Jadi apabila kita melihat pengertian di atas, maka berpacaran itu bukanlah sekedar bersenang-senang melampiaskan nafsu, mengisi kekosongan, tetapi di dalam berpacaran itu ada suatu keseriusan dan kesungguhan untuk menjalin hubungan kedua belah pihak, yang menuju kepada suatu pertunangan. Namun pada umumnya orang salah menginterpretasikan persepsi pacaran yang sesungguhnya yaitu dengan cara menyalah gunakan praktek berpacaran itu sendiri, sehingga menimbulkan dampak yang negatif dan tidak jarang kedua belah pihak saling merugikan, misalnya:

1. Ganti-ganti pacar
2. Saling mendewakan
3. Melampiaskan nafsu seksual yang tidak wajar dan belum saatnya di lakukan pada tahap itu.


Sayangnya banyak orang terburu-buru dalam proses ini, sehingga masih terlalu muda, sudah ada remaja yang jatuh cinta dan bahkan merasa yakin bahwa orang yang diidamkan itu pasti merupakan pasangan hidupnya, ada juga pada masa pacaran orang sudah memanggil papi dan mami. Padahal belum tentu mereka akan menjadi suami istri. Apa yang terjadi apabila ternyata hubungan tersebut putus! Yang terjadi adalah kepahitan dan kekecewaan yang sangat mendalam karena seolah-olah seluruh harapan sudah ditumpahkan kepada sang pacar. Pacaran berbeda dengan persahabatan, pertunangan, dan pernikahan karena pacaran adalah hubungan dua orang yang tidak sejenis berdasarkan cinta. Persahabatan berlangsung antara dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan yang lebih baik. Pertunangan adalah suatu masa yang lebih mendalam dari pada masa berpacaran. Dalam masa ini, suatu pasangan sudah tiba pada tahap perencanaan yang lebih matang untuk memasuki kehidupan keluarga. Pernikahan adalah bersatunya dua lawan jenis menjadi satu daging dan menjadi satu lembaga yaitu Keluarga.

Bab III Pacaran menurut Alkitab

Telah dikatakan dalam Bab I bahwa pacaran itu adalah konsep masyarakat modern, dan secara tertulis Alkitab tidak pernah menyinggung soal kata pacaran ini, tetapi ada kisah-kisah dalam Alkitab yang menceritakan kisah hidup seorang pemuda yang begitu sangat mencintai seorang wanita, namanya Yakub (Kej. 29:18). Kisah ini memang tidak dicatat secara terperinci bagaimana sikap kedua insan ini, tetapi yang jelas Yakub mendapatkan Rahel, setelah ia bekerja dengan penuh kesungguhan selama tujuh tahun tujuh hari, tetapi ia harus menambah selama tujuh tahun lagi. Ini membutuhkan suatu ketabahan/kesabaran yang luar biasa. Dalam perjanjian baru mengenai pacaran ini hanya tersirat yaitu bagaimana sikap seorang Kristen misalnya (Roma 12:20) dimana sistim pacaran dunia tidak dapat dipakai oleh seorang Kristen ketika ia ada pada masa-masa pacaran. Dipihak lain Paulus menasihatkan anak didiknya Timotius yang masih muda itu supaya bisa jadi teladan dari hal percaya, perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesucian agar orang tidak melihat atau menganggap rendah Timotius masih muda itu. Melihat hal-hal diatas, maka mari kita melihat bagaimana cara anak Tuhan berpacaran menurut konsep Alkitabiah:

3.1. Pacaran itu harus didasari Kasih Allah.
Apa tujuan kita pacaran? Apakah hanya mengisi kekosongan dalam hidup kita, keinginan dalam hidup kita, keinginan mata atau hal-hal yang menyangkut kepada kepuasan diri sendiri, dimana yang menjadi pusat perhatian hanya pada diri sendiri. Sehingga pada masa pacaran timbul istilah bahwa dunia ini hanya milik mereka berdua, dan tai gigipun akan rasa coklat…dan sebagainya,….dsb.

Orang dunia mengatakan bahwa asmara itu adalah cinta dan itu sangat dibutuhkan bagi orang yang berada pada masa pacaran. Menurut kamus, asmara itu mempunyai dua pengertian yaitu:

1. Cinta Kasih
2. Cinta birahi, dimana seorang anak muda digoda dan tergila-gila pada pasangannya.

Pada dasarnya asmara itu bukan cinta, karena asmara itu naksir/keinginan yang semua ini berpusat pada diri sendiri. Cinta kasih atau Kasih itu menurut Alkitab bisa kita baca dalam I Korintus 13:4-7. Cinta yang benar tidak dapat dijadikan topeng untuk satu maksud dan motivasi tertentu, cinta yang benar tidak mementingkan diri sendiri, melainkan mengutamakan orang lain. Jadi asmara itu tidak sama dengan cinta sebab dampak dari asmara itu adalah kebalikan dari makna cinta yang sebenarnya. Yes. 13:16, 18, ini merupakan ucapan Tuhan kepada Babil, di mana anak-anak muda tidak perduli lagi terhadap Kudusnya pernikahan itu. Sehingga dampaknya kebebasan seks, adanya pengguguran kandungan dsb.

Asmara itu hanya berpusat pada diri sendiri dan biasanya diiringi dengan nafsu (seks) dan itulah adalah dosa. Mat. 5:28, menginginkannya saja sudah berzina. Simpati itu bisa saja tetapi naksir itu tidak boleh. Jadi pacaran yang benar harus berorentasi pada kasih akan Allah, dimana kepentingan Allah yang harus diutamakan atau diprioritaskan dalam hubungan pacaran itu. Kita harus menunjukkan gaya hidup yang disetujui oleh Allah, bukan berpusat pada diri sendiri. Kasih akan Allah ini membuat kita mengikuti atuaran main yang Allah berikan, diantaranya :II Korintus 6:14 …….

Meskipun pada tingkat tubuh dan jiwa pasangan yang tidak seimbang itu dapat bersatu, namun dalam tingkat roh terjadi kekosongan. Pasangan itu tidak dapat berdoa bersama-sama dan tidak dapat menyelesaikan masalah-masalah yang menggoncangkan hubungan mereka dengan Tuhan. Akibat dari hal ini kepentingan pribadi akan didahulukan dari kepentingan Allah.

Jika berpacaran yang benar harus didasari kasih akan Allah, maka dalam hal berpacaran kita harus berani bertanya kepada Tuhan, mengapa demikian? Karena pacaran itu merupakan suatu persiapan kita masuk pada pertunangan dan pernikahan. Jika pacaran itu didasari atas diri kita sendiri, itu seringkali membawa hasil kekecewaan, misalnya ketika kita mengambil sikap memutuskan dia; syukur bila yang kita putuskan itu tidak kecewa, tetapi apabila ia merasa kecewa/sakit hati maka itu berarti kita telah melakukan pembunuhan dan bisa jadi pasangan kita itu akan meninggalkan Tuhan bahkan menjadi murtad. Ini berarti kita berdosa kepada Tuhan. Percayailah Allah dalam segala hal karena Ia itu Maha Tahu yang tentunya tahu apa yang menjadi kerinduan /kebutuhan kita bahkan Ia menjanjikan masa depan yang penuh harapan, lihatlah Yeremia 29:11; Amsal 23:18. Jadi pacaran yang benar harus di dasari dengan Kasih Allah sehingga orientasi pergaulan itu hanya ada di dalam tubuh Kristus. Bukan berdua-berdua, karena akibat dari berdua-duaan itu ‘nenek bilang…berbahaya’.

3.2. Harus mengikuti standar moral Alkitab.

Apakah dalam berpacaran dibenarkan perpegangan tangan, berciuman, bermesraan dsb? Telah dikatakan tadi dalam Roma 12:12 bahwa jangan kita menjadi serupa dengan dunia atau dengan kata lain jangan berpacaran ala orang dunia. Berpacaran cara duniawi berbeda dengan berpacaran yang Alkitab/ berpacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan. Perbedaannya yaitu:

1. Pacaran duniawi bertujuan mencari pengalaman dan kenikmatan dalam hubungan cinta dengan pertimbangan : mungkin besok sudah mencari pacar baru lagi. Pacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan melihat hubungan pacaran sebagai kemungkinan titik tolak yang menuju lorong rumah Nikah.

2. Pacaran duniawi memanfaatkan tubuh pasangannya untuk memuaskan perasaan seksual, mula-mula pada tingkat ciuman dan pelukan, namun kemudian gampang menjurus kepada tingkat hubungan seksual. Pacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan melihat Tubuh pasanganya sebagai rumah kediaman Roh Kudus (I Korintus 3;16) yang dikagumi dan di hargai sebagai ciptaan Allah yang nanti di miliki dalam rumah nikah, dimana mereka saling menerima satu dengan yang lain dari tangan Tuhan.

3. Pacaran duniawi, berorientasi masa kini (sekarang)

Oleh karena itu sering mengakibatkan luka-luka yang dalam, bila terjadi perpisahan. Pacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan berorientasi pada masa depan (hari esok). Mereka membatasi segala hubungan intim jasmani dengan kesadaran bahwa pacaran ini belum mengikat. Masing-masing harus dapat melepaskan satu dengan yang lainnya (bila terjadi ketidak cocokan) tanpa saling melukai.

Standar Alkitab tentang pacaran yaitu I Tesalonika 4:3 yaitu Allah berkehendak supaya kita ada dalam kekudusan. Jangan merusak Bait Allah yang di dalamnya Roh Allah bertahta. Mat. 5:27-28; Kid. 2:7; 3:5 ;8:4. Efesus 4:27 mengatakan janganlah beri kesempatan pada iblis sebab dengan kita membuka celah berarti kita telah memberi kesempatan untuk melakukan sesuatu yang tidak Allah kehendaki. Dosa seks akan membawa kita perlahan-lahan masuk pada dunia free seks. Hubungan badani (senggama) antara lawan jenis itu tidak akan berlangsung ketika dua pasangan itu baru mengenal. Ciuman dan pelukan antara seorang pemuda dan pemudi merupakan kontak fisik untuk mendapatkan seksuil dan kenikmatan. Ada empat tingkat intensitas hubungan fisik, di mulai dari yang paling lemah sampai yang paling kuat.
Keempat tingkat tersebut ialah:

1. Berpegangan tangan.
2. Saling memeluk, tetapi tangan masih diluar baju.
3. Berciuman
4. Saling membelai dengan tangan di dalam baju.

Ransangan seksual yang terus menerus akan menciptakan dorongan biologis yang terus memuncak. Ketika dorongan seks menggebu-gebu, kedewasaan, kecerdasan, dan pendirian-pendirian serta iman seringkali tidak berfungsi, atau tersingkir untuk sementara. Banyak pasangan muda berkata bahwa ciuman itu normal, karenan ciuman itu adalah kenikmatan pada masa pacaran dan dianggap akan lebih mengikat tali kasih antara dua belah pihak. Itu adalah pendapat yang sangat keliru karena Alkitab memberikan penjelasan bahwa dampak dari hubungan itu akan membuat seorang merasa bersalah bahkan bisa merubah sayang itu menjadi benci. Contoh II Samuel 13:1-15. Cerita ini mengisahkan anak-anak Daud yaitu Amnon dan Tamar di mana Amnon begitu mencintai Tamar, sampai-sampai ia jatuh sakit karena keinginannya untuk memiliki Tamar. Tetapi pada ayat 15 menceritakan setelah mereka jatuh pada dosa seks, timbullah suatu kebencian dalam diri Amnon terhadap Tamar, ini berarti bercumbuan bukan merupakan jaminan akan cinta sejati.

Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus (Ef. 4:17-21) supaya anak Tuhan jangan jatuh pada hal berciuman dan lain-lain yang merangsang dalam masa berpacaran karena itu bertentangan dengan Alkitab. Dengan demikian orang-orang Kristen harus menghindari percumbuan dalam masa berpacaran, sebab tindakan tersebut merupakan penyerahan diri kepada seksualitas, membiarkan hawa nafsu berperan, yang nantinya akan membawa kepada kecemaran dan pelanggaran kehendak Allah. Lebih jauh lagi pengajaran-pengajaran moral Paulus kepada anak muda Kristen di mana saja. I Timotius 5:22 bagian akhir "jagalah kemurnian dirimu". Yesaya 5:20 celakalah yang mengatakan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat. Wahyu 18:2-3 keindahan tubuh telah dipakai setan untuk menghancurkan nilai-nilai iman Kristen. Akhirnya kita akan melihat hubungan seksual muda-mudi sebelum pernikahan dalam konteks Alkitabiah yaitu:

1. Dalam perjanjian Lama Ulangan 22:13-30 Ungkapan ini menunjukkan betap tingginya nilai keperawanan, Amsal 7:1327.

2. Dalam Perjanjian Baru I Korintus 6:10 Hubungan seksual diluar pernikahan adalah percabulan. I Korintus 6:13,18,19 Jauhkan dirimu dari percabulan, tubuh kita bukan untuk percabulan.

Hubungan seksual diluar nikah bukan hanya masalah pribadi melainkan mengikutsertakan Tuhan, I Tesalonika 4:3-5,8. Jadi berpacaran itu mempunyai batas-batas tersendiri, karena pacaran itu tidak sama dengan pertunangan dan perkawinan. Artinya sang pacar itu bukanlah suami atau isteri sehingga tidak boleh diperlakukan demikian. Oleh karena itu ada baiknya apabila orang berpacaran pergi bersama-sama dengan teman-teman atau anggota keluarga yang lain sehingga selalu ada rem yang mampu mengendalikan semua tingkah laku.

Bab IV Kesimpulan

Agar pemuda-pemudi di dalam Kristus tidak berdiri dengan menangis dan menyesal pada puing-puing ketentuan yang mereka sudah setujui bersama pada awal hubungan mereka, haruslah mereka berorientasi dalam segala pergaulan mereka kepada ke empat nasihat Firman Tuhan yaitu:

1. Berdoalah senantiasa, I Tes. 5:17; khususnya pada waktu pacaran

2. Ucapkanlah syukur senantiasa atas segala sesuatu, Ef. 5:20; apakah semua pengalaman pada waktu berpacaran menimbulkan ucapan syukur?

3. Lakukanlah segala sesuatu berdasarkan iman, Roma 14:23 setiap langkah dalam hubungan pacaran mempunyai dimensi ke atas yaitu tanggung jawab kepada Tuhan.

4. Pandanglah tubuhmu dan tubuhnya adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu. Kamu bukanlah milik kamu sendiri, kamu sudah dibeli! Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu ( I Korintus 6:19-20)