Kamis, 24 Mei 2012

Cintaku untuknya

Cintaku untuk-NYA




Aku mempunyai sahabat, yang mengerti aku.Aku sudah berteman dengan mereka sudah lama sekali.Nama sahabatku adalah Suci dan Vivi. Aku dan sahabat-sahabatku  sangatlah kompak bahkan kalau ada masalah diantara kita pasti akan terbuka antara satu dengan lainnya.
    Semenjak, aku pindah dari kota itu hubunganku dengan sahabat-sahabatku sempat terputus.Sebenarnya, aku gag mau pindah  rumah dan lanjutin sekolah yang baru tapi itulah pekerjaan ayahku yang selalu keliling kota.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Aku sudah lulus SMA dan aku kembali ke kota kelahiranku, tak kusangka aku kembali ke kota itu. Di kota itu, aku akan melanjutkan pendidikanku.
Hari ini adalah hari pertamaku masuk kuliah, tak kusangka aku bertemu dengan sahabatku Vivi, “hey,guys..ternyata kamu kuliah disini juga?” kataku dengan heran,”hay,juga Nay!” jawab Vivi sambil merapikan rambutnya.“lo, kok cuman kamu doank yang di sini mana si Suci kok gag kelihatan ya?” “iya, katanya sih mereka pergi ke mall sama Vino”, “ ha?? Vino, pantesan beberapa hari  ini hpnya gag aktif, ternyata dia juga pindah ke sini dan pergi sama Suci!”, kataku dengan marah “oh, Vino tu cowokmu ya, aku baru tau kalau Vino itu cowokmu, ya udah dari pada kamu marah-marah di sini mending kita susul ke sana”.
    Aku setuju dengan saran Vivi untuk menyusul mereka, dan tanpa basa-basi lagi kita pun berangkat. Aku melaju dengan kencang dengan persaan tak karuan, Di situ aku sangat terkejut dengan sikap dan tindakan Suci. “Suci, apa yang kamu lakukan di sini dengan Vino?” “Ya, suka-suka aku lah emang kamu siapanya Vino?” “kurang ajar kamu Ci, itu yang namanya sahabat?, itu yang namnya sahabat? Sekian lama kita tak ketemu, sekarang kita bertemu tapi kamu merebut cowok sahabatmu sendiri,” “Apa..? iya emang aku sengaja rebut cowokmu, aku iri sama kamu Nay kamu punya orang tua yang kamu sayang, kamu punya sahabat yang mengerti kamu, dan kamu juga punya cowok yang pengertian dan sayang sama kamu sedangkan aku?”.
    Aku langsung pergi meninggalkan tempat itu tak pedulikan ada Vino disitu, di perjalanan pulang aku, selalu memikirkan kejadian di Mall itu. Aku telpon Vino dan aku minta untuk mengakhiri hubungan ini, tapi Vino berusaha menjelaskan tetapi aku tidak mempedulikan.
    Sementara itu, aku masuk ke kamar tanpa menghiraukan omongan mamaku, kukunci kamarku aku menangis dan beberapa hari juga aku gag makan. Akhirnya aku jatuh sakit, dan aku di bawa ke rumah sakit. Di rumah sakit aku selalu di temanni mama,kakakku,Vivi,dan Vino yang pernah menyakitinku. “Ma, apa yang terjadi denganku?” “syukur, kamu dah siuman Nay, kamu koma nak,, oh, iya dari kemarin yang nungguin kamu itu Vino lo sampai dia tidak pulang hanya untuk nunggu kamu Nay”.

Aku hanya bisa diam dan menatap pintu. Di tengah lamunanku tiba-tiba Vino membuka pintu “hay Nay, bagaimana keadaanmu?” “baik-baik saja Vin, kenapa kamu disini?” tanyaku dengan penasaran. “ya aku ingin, menemani kamu sampai kamu sembuh dan aku juga gag mau kehilanganmu karna kamu orang satu-satunya yang aku cintai!”
    Ya, semenjak kejadian itu aku putuskan untuk kembali ke pelukan Vino. Akhirnya, setelah sembuh dari sakitku kami putuskan untuk menikah, walaupun masih ada kebimbangan di hatiku, akan tetapi kedua orang tuaku sangat senang karna Vino sudah dianggap mamaku anaknya sendiri. Dua bulan kami menikah  ternyata Vino mempunyai penyakit, tetapi aku gag tau penyakitnya apa?.aku hanya pasrah pada yang di ats moga-moga dia gag napa-napa. Malam ini Vino, kelihatan pucat sekali dia juga batuk berdarah.  Tapi kenapa perasaanku tidak enak, dari pada aku bingung mending aku bawa ke rumah sakit.
    Setelah dokter keluar aku langsung bertanya kepada dokter tersebut, “Dok, apa yang terjadi dengan suamiku?” tanyaku dengan sedikit ketakutan, “maaf bu, apa ibu tidak tau kalau pak Vino ini menderita kanker dan sudah stadium 4?” “ apa dok? Semenjak saya menikah dengan beliau saya tidak mengetahuinya?” jawabku dengan terkejut. “maaf bu, kami tidak bisa menolongnya lagi kita hanya pasrah kepada yang dia atas suami ibu dalam keadaan kritis!”

“ya, sudah dok, terima kasih!”. Aku hanya bisa meeratapi Vino, dan menggegam tangan Vino, “Vin, apa yang terjadi denganmu?, kenapa kamu gag pernah cerita ke aku, kenapa kamu pergi secepat ini?”. Tetesan air mataku membuat Vino terbangun dan menghusap air mataku, “Nay, jangan tangisi aku, kalau kamu terus tabgisi aku, aku gag bakal tenang di sana.
 Dan aku berpesan kepadamu tolong jaga dirimu baik-baik dan jagai bayi yang ada dalam kandunganmu dan aku akan hidup tenang di sana”“ ya Vin aku akan menjaganya, tapi kenapa kamu pergi secepat ini?” belum sempat pertanyyanku terjawab Vino pun tak jawaban, ku panggil dokter. Dan dokterpun sudah angkat tangan. Ya Tuhan kenapa dia pergi secepat ini?  Kataku dalam hati.
Aku tau bahwa Vino sudah mati-matian memperjuangkan hidupya demi aku, dan aku salut karna dia dapt melawan penyakitnya,. Ya, moga-moga dia tenang disan dan melihatku dengan senyumman bahwa aku akan menjaga dan merawat bayi ini hingga besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar